Jakarta, FORTUNE - Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik volume transaksi produk derivatif Single Stock Futures (SSF) dapat mencapai 1 juta kontrak pada 2025.
Peluncuran SSF akan secara resmi berlangsung pada September 2024. Pada tahap awal, BEI akan berfokus pada proses sosialisasi lebih dulu. Dus, BEI belum dapat mengungkapkan target untuk 2024.
Sebelumnya, setelah melalui soft launching, SSF telah aktif ditransaksikan mulai 22 Juli 2024 lewat Binaartha Sekuritas.
Hingga Rabu (21/8), nilai transaksi kontrak saham berjangka atau SSF telah mencapai Rp123,29 juta dari volume transaksi atas 348 kontrak.
Produk SSF sendiri didasari oleh underlying saham dari 5 saham dalam Indeks LQ45, yang mencakup PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).
Tiap-tiap SSF hadir dengan tiga periode kontrak, yakni 1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan. Saat ini terdapat 15 seri SSF yang bisa investor transaksikan di pasar.
Guna menggenjot upaya sosialisasi, BEI melakukan roadshow dengan Anggota Bursa (AB) berlisensi produk derivatif dan juga kantor perwakilan bursa secara nasional. Informasi pengenalan ihwal produk SSF pun kini masuk ke dalam materi SPM (Sekolah Pasar Modal). Namun, materi itu tidak bersifat sebagai ajakan, melainkan edukasi.
“Untuk target kami tahun ini, lebih pada pengenalan produk SSF kepada investor,” ujar Kepala Divisi Pengembangan Bisnis BEI 1, Firza Rizqi Putra, dikutip Senin (26/8). “Saat investor sudah paham dan aktif, tahun depan kami menargetkan total volume [transaksi] sekitar 850.000 sampai 1 juta kontrak [SSF].”
Dari sisi AB, pada tahun ini akan ada empat AB yang direncanakan akan beroleh izin atas perdagangan produk derivatif. Satu di antaranya telah beroperasi, yaitu PT Binaartha Sekuritas.
“Tahun 2025 akan ada penambahan AB yang masuk dalam produk derivatif, dengan jumlah minimal sama dengan tahun 2024, yakni 4 AB,” kata Firza.