Jakarta, FORTUNE - Sejumlah saham emiten minyak menguat bersamaan, Kamis (14/3), sebagai buntut dari serangan Ukraina terhadap dua kilang minyak Rusia.
Saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) contohnya. Data IDX Mobile pukul 10.33 WIB menunjukkan, sahamnya menguat 5,26 persen ke harga Rp1.400 per saham, setelah dibuka di harga Rp1.360 per saham di awal perdagangan.
Adapun, volume transaksinya mencapai 67,6 juta saham. Bersamaan dengan itu, nilai transaksinya menyentuh Rp95,0 miliar, dengan frekuensi transaksi sebanyak 8.510 kali.
Tak hanya MEDC, emiten minyak dan gas (migas) dari Grup Bakrie, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), pun sahamnya menguat sebesar 5,77 persen ke harga Rp220 per saham, dari harga pembukaan Rp208 per saham.
Perdagangan ENRG pagi ini mencatatkan volume transaksi sebanyak 35,6 juta saham. Diikuti dengan nilai transaksi Rp7,73 miliar dan frekuensi transaksi 1.730 kali.
Saham milik anak usaha Pertamina Hulu Energi, PT Elnusa Tbk (ELSA), ikut naik 1,59 persen dari Rp382 per saham saat pembukaan menjadi Rp384 per saham. Volume transaksinya berjumlah 24,8 juta saham, dengan nilai transaksi Rp9,61 miliar dan frekuensi transaksi 1.920 kali.
Penguatan harga saham emiten-emiten perminyakan itu terjadi karena kenaikan Harga Minyak dunia, menyusul kabar yang melaporkan Ukraina menggempur dua kilang Rusia (Rosneft di wilayah Ryazan dan Novoshakhtinsk di wilayah Rostov) menggunakan pesawat tanpa awak. Karena hal itu, terjadi kebakaran di kilang Rosneft, menurut Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Karena kapasitas penyulingan Rusia terganggu akibat serangan pesawat tak berawak Ukraina, ini dapat mengurangi ekspor bahan bakar diesel Rusia, sehingga mereka berpotensi mengimpor bensin dan tentu akan mempengaruhi harga di seluruh dunia," jelas Presiden of Lipow Oil Associates, Andrew Lipow yang bermarkas di Houston, dikutip dari Reuters.
Para pelaku pasar pun mulai khawatir produksi minyak akan menurun, sehingga dapat berdampak terhadap pasokan minyak dunia beberapa waktu ke depan.
Energy Information Administration (EIA), badan energi Amerika Serikat, sendiri telah mengatakan, perusahaan-perusahaan energi tiba-tiba menarik 1,5 juta barel minyak mentah dari pasokannya pada pekan lalu. Itu mengurangi stok minyak mentah global. Di sisi lain, analis sebelumnya memproyeksikan kenaikan produksi sebesar 1,3 juta barel dengan penarikan 5,5 juta barel, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters.
Alhasil, Mirae Asset Sekuritas Indonesia (MASI) mencatat, kontrak minyak berjangka West Texas Intermediate untuk April pun mengalami kenaikan harga sebesar 2,78 persen menjadi US$79,72. Sementara itu, kontrak minyak berjangka Brent untuk Mei pun menguat 2,58 persen menjadi US$84,03.
Sebelumnya, Reuters pun telah melaporkan, harga minyak naik 3 persen ke level tertinggi selama empat bulan belakangan pada Rabu (13/3) waktu setempat.