Jakarta, FORTUNE - Kinerja PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) tergerus di semester I 2022 dan terefleksi saham perseroan yang terus berada di zona merah. Di tengah kondisi itu, direksi—sekaligus pemilik perseroan—Irwan Hidayat memborong saham SIDO.
Mengutip keterbukaan informasi, Selasa (9/8), Irwan membeli 1.279.400 lembar saham (0,004 persen) saham SIDO di harga Rp780 per lembar pada 3 Agustus 2022. Artinya, untuk aksi borong saham tersebut ia merogoh kocek sekitar Rp20,34 miliar.
Setelah pengumuman aksi pembelian, saham SIDO menguat tipis 3,33 persen ke level Rp775 sepanjang perdagangan hari ini, setelah dibuka di level Rp750. Tren penguatan hari ini melanjutkan kenaikan selama lima hari terakhir sebesar 1,31 persen.
Melansir RTI Business, saham SIDO diperdagangkan dengan volume transaksi sebanyak 78,58 juta, dengan nilai transaksi Rp60,76 miliar dan frekuensi transaksi 17.345 kali.
Padahal sebelumnya, saham SIDO sejak akhir Juli 2022 saham perusahaan jamu ini terus berada di zona merah. Bahkan sepanjang 2022, saham SIDO sudah tergerus 10,92 persen.
Siasat SIDO atasi penurunan kinerja
Salah satu penyebab harga saham SIDO terkoreksi adalah penurunan pada laba bersih dan penjualan di kuartal kedua 2022, masing-masing minus 15 persen (YoY) dan 35 persen (YoY). Inflasi bahan pangan membuat para konsumen perusahaan lebih fokus pada kebutuhan pokok, sehingga konsumsi dan permintaan produk SIDO berkurang.
Guna menyiasati turunnya permintaan domestik, SIDO berupaya melakukan ekspansi guna menopang bisnis internasional, kendati segmen ini baru berkontribusi sebanyak 6 persen terhadap penjualan. Kuku Bima, salah satu produk segmen F&B perseroan, mencatatkan kenaikan penjualan ekspor di Nigeria dan Malaysia.
Sepanjang semester I 2022, bisnis internasional SIDO melonjak 80 persen (YoY) berkat ekspansi ekspor terbaru ke Senegal dan Togo. Pada kuartal ketiga 2022, SIDO membidik perluasan ekspor ke Ghana dan Kamerun; sedangkan pada kuartal keempat, perseroan mengincar Cina, Kenya, dan Vietnam.
Analis NH Korindo Sekuritas, Cindy Alicia Ramadhania mengatakan, SIDO telah menyesuaikan harga produk-produk utama di segmen F&B.“Perusahaan memproyeksikan margin di segmen itu akan meningkat ke depannya,” jelasnya dalam riset.
Cindy memproyeksikan target harga Rp900 per saham, mengimplikasikan rasio price to earning (P/E) sebesar 17,4 kali atau -1 STD dengan potensi kenaikan 18,4 persen.
“Risiko (yang membayangi) yaitu kenaikan harga bahan baku, daya beli konsumen, dan penurunan permintaan produk,” katanya.