Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi kembali menguat pada perdagangan Selasa (11/1). Namun, minimnya sentimen dari dalam negeri dan sikap investor yang masih harap-harap cemas menanti kenaikan suku bunga The Federal Reserve (The Fed), diprediksi dapat membuat indeks menguat terbatas di zona hijau.
Pada perdagangan Senin (10/1), IHSG ditutup melemah 10,19 poin atau minus 0,15 persen ke level 6.691.
Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas, William Surya Wijaya memperkirakan IHSG menguat di level support 6.518 dan resistence 6.725. Pergerakan indeks acuan saham itu tampak lebih konsolidatif, disertai peluang naik jangka pendek.
“Jika resisten level terdekat bisa ditembus, maka IHSG berpeluang meraih level tertinggi sepanjang masanya lagi," kata William dalam risetnya dikutip Selasa (11/1).
Faktor pendorong yang membuat indeks berpeluang melaju hari ini di antaranya, arus modal asing (capital inflow) yang kembali masuk pasar modal domestik serta kondisi fundamental ekonomi Tanah Air yang masih stabil.
Sejalan dengan William, Analis Riset Artha Sekuritas Indonesia, Dennies Christoper memprediksi, IHSG akan bergerak di level support 6.665–6.678; sedangkan level resistance-nya berada di kisaran 6.714–6.737. Dia merekomendasikan saham SMRA, JPFA, dan WIKA.
“Secara teknikal candlestick membentuk higher high dan higher low mengindikasikan masih ada potensi penguatan dalam jangka pendek,” ujarnya.
Sinyal Kenaikan Suku Bunga The Fed
Menurut analis, investor masih menunggu kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed ke depannya. Dalam perumusannya, The Fed akan mempertimbangkan sejumlah data, seperti ketenagakerjaan dan inflasi AS.
The Fed diperkirakan dapat menaikkan tingkat suku bunga sebanyak 4 kali pada 2022. “Risiko pengetatan kebijakan yang lebih cepat akan berdampak terhadap pasar saham dan obligasi, khususnya di dalam negeri,” kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus dikutip dari risetnya.
Belum lagi dengan lonjakan harga minyak yang berisiko menghambat pemulihan ekonomi; sebab kenaikan biaya energi dapat mendorong tingginya inflasi. Begitu pula dengan infeksi varian Omicron yang terus bertambah, serta hilirisasi industri domestik.
“Kenaikan harga minyak dan juga penyebaran Omicron dapat memberi ketidakpastian pasar di mana saat ini, pelaku pasar juga tengah menantikan pemulihan ekonomi,” tulis para analis Pilarmas.
Berdasarkan analisis teknikal, Nico dan tim memproyeksikan IHSG bergerak melemah dan diperdagangkan di level 6.636–6.724. Saham pilihan Pilarmas pada Selasa (11/1), yakni: MAPI, PWON, dan LSIP.