Jakarta, FORTUNE - Produsen susu PT Ultrajaya Milk Industry Tbk (ULTJ) memperkirakan laba bersih di akhir 2022 lebih rendah dibanding pada 2021. Mengapa?
Presiden Direktur Ultrajaya Milk Industry, Sabana Prawirawidjaja mengatakan, itu akibat kenaikan biaya-biaya di pasar domestik serta harga komoditas dunia. “Profit 2022 itu tak akan setinggi 2021,” ujarnya di paparan publik virtual, Selasa (20/12).
Kendati begitu, ia optimis kinerja bisa pulih ke depannya. Itu bukan tanpa alasan. Sebab, perseroan sudah meningkatkan harga produk dua kali pada 2022, terjadi pada April dan November 2022. Langkah itu bertujuan menjaga kondisi bottom line.
“Dampak [kenaikan harga] akan terlihat, pemulihat terlihat, pada 2023,” imbuh Sabana.
Kenaikan beban penjualan dan ringkasan kinerja
Adapun, nilai beban pokok penjualannya mencapai Rp3,8 triliun, naik 23,6 persen (YoY) dari Rp3,1 triliun. Mayoritas bahan baku yang dibutuhkan berjenis bahan baku langsung. Itu meliputi daun the, susu segar, serta kemasan dan gula. Perseroan pun membukukan biaya promosi dan logistik yang naik 10,7 persen, yakni senilai Rp607 miliar.
Persentase beban pokok penjualan perseroan terhadap penjualan adalah 67,3 persen. Angka itu lebih tinggi dari periode serupa di tahun sebelumnya, 64,3 persen. Di dalamnya, pemakaian bahan baku terhadap penjaulan tercatat naik dari 53,9 persen (Q3 2021) menjadi 57,8 persen (Q3 2022).
Penjualan ULTJ sendiri tumbuh 18,5 persen, dari Rp4,7 triliun menjadi Rp5,6 triliun. EBITDA terhadap penjualannya mencapai Rp1,2 triliun atau 22,1 persen; menurun dari 28,8 persen di periode serupa tahun lalu. Laba kotornya tercatat naik dari Rp1,6 triliun menjadi Rp1,8 triliun; tapi persentasenya terhadap penjualan turun dari 35,4 persen jadi 32,7 persen.
Ekspansi pabrik dan pusat distribusi
ULTJ telah menghabiskan belanja modal Rp232 miliar hingga kuartal III 2022. Itu dialokasikan untuk pengembangan pusat distribusi, kantor, ekspansi pabrik dalam jangka panjang. Realisasi belanja modal ULTJ itu lebih tinggi dari periode tahun sebelumnya, yakni Rp171 miliar.
Lebih lanjut, PT Ultra Sumatera Dairy Farm, perusahaan patungan ULTJ, kini juga sudah dibiayai dari kontribusi penjualan susu bubuk dan pinjaman pemegang saham.
Adapun, secara menyeluruh, ULTJ punya lima strategi bisnis yang meliputi: pengoptimalan platform distribusi; meningkatkan kapasitas produksi dan gudang; fokus yang berkelanjutan pada pengembangan produk baru; ekspansi operasional peternakan produk susu; dan investasi berkelanjutan demi efisiensi operasi.