Dalam dunia Investasi, terdapat sejumlah strategi yang digunakan oleh perusahaan dan manajer investasi untuk meningkatkan citra portofolio, terutama ketika melibatkan laporan keuangan yang akan diperlihatkan kepada para pemegang saham dan publik.
Salah satu taktik yang cukup dikenal, meski terkadang kurang disadari oleh investor adalah yang dikenal sebagai Window Dressing (WD).
Window dressing adalah suatu praktik yang dilakukan untuk membuat hasil investasi terlihat lebih menguntungkan daripada yang sebenarnya.
Jelang akhir tahun seperti ini, frasa itu semakin sering muncul. Associate Director Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan, investor menunggu-nunggu fenomena window dressing. “Strategi itu sudah mulai dilakukan memasuki kuartal akhir, tapi puncaknya ada di Desember,” katanya.
Melalui pembahasan kali ini, Anda akan mengetahui secara tuntas mengenai window dressing, mulai dari cara kerja, hingga tips menghadapi window dressing saham.
Apa itu window dressing?
Malansir Investopedia, window dressing mengacu pada strategi manajer portofolio guna meningkatkan kinerja dana sebelum mempresentasikannya kepada klien atau pemegang saham.
Pada taktik itu, pengelola dana akan menjual saham yang rugi besar, lalu membeli saham dengan harga terbang tinggi menjelang akhir kuartal atau akhir tahun.
Misalnya, Anda melego saham perusahaan teknologi yang harganya merosot selama beberapa bulan ini, lalu menggantinya dengan saham perbankan dengan pergerakan saham yang apik–menghijau sampai harganya terus naik.
Cara kerja window dressing
Window dressing biasanya terjadi menjelang akhir periode pelaporan, yakni pada akhir tahun (bulan Desember).
Manajer investasi berupaya ‘mempercantik’ portofolio mereka dengan membeli saham yang performanya tinggi untuk sementara sebelum akhir tahun.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan rata-rata performa portofolio dan membuatnya terlihat lebih baik daripada benchmark indeks atau ekspektasi investor.
Setelah periode pelaporan berakhir, manajer investasi kembali menjual saham-saham yang dibelinya secara taktis.
Hal ini dimaksudkan untuk mengambil keuntungan dari kenaikan harga sementara yang mungkin terjadi dan untuk memperoleh imbal hasil.
Setelah menjual saham-saham tadi, manajer investasi juga mengembalikan portofolio ke kondisi semula atau membuat penyesuaian strategis yang sesuai dengan tujuan jangka panjang.
Portofolio sementara yang terlihat menguntungkan inilah yang dapat meningkatkan kepuasan klien dan menarik minat investor potensial. Lantas, apa dampak window dressing terhadap saham?
Dampak window dressing terhadap laju saham
Di tengah upaya para investor dan manajer investasi untuk lakukan window dressing, sejumlah saham berkapitalisasi dan berlikuiditas tinggi atau blue chip akan jadi magnet bagi para investor.
Berdasarkan performa sepanjang 2022, ada sejumlah sektor yang melampaui tingkat pengembalian IHSG, yang menghasilkan return 7 persen. Itu meliputi sektor energi (84,25 persen), industri (21,34 persen), transportasi dan logistik (12,57 persen), konsumen primer (11,82 persen), dan kesehatan (8,04 persen).
“Sementara, sektor lainnya belum mampu outperform terhadap IHSG,” imbuh Nico.
Tips menghadapi window dressing
Dalam menghadapi fenomena window dressing yang sering terjadi menjelang akhir periode pelaporan, investor perlu memahami strategi dan taktik yang dapat membantu mereka menjaga keputusan investasi yang cerdas dan jelas.
Berikut ini beberapa tips yang dapat membantu investor menghadapi potensi dampak window dressing pada portofolio mereka.
1. Lakukan analisis jangka panjang:
Fokuskan pada portofolio dan saham dalam jangka panjang daripada hanya berdasarkan periode pelaporan terakhir.
Hal ini membantu Anda untuk mengidentifikasi tren sebenarnya dan mengurangi pengaruh taktik window dressing.
2. Perhatikan Perubahan yang Signifikan:
Waspadai perubahan yang signifikan dalam portofolio pada akhir periode pelaporan. Penyesuaian besar-besaran dapat menjadi indikasi praktik window dressing.
3. Analisis fundamental
Lakukan analisis fundamental terhadap saham yang dipertimbangkan. Lihat laporan keuangan, kesehatan bisnis, dan faktor-faktor lain yang mendasari kinerja saham secara menyeluruh.
4. Diversifikasi portofolio
Diversifikasi portofolio Anda untuk mengurangi dampak potensial dari perubahan harga saham yang disebabkan oleh window dressing.
Portofolio yang terdiversifikasi dapat memberikan perlindungan lebih baik.
5. Beli saat harga saham rendah
Pembelian saham pada harga yang lebih rendah bisa menjadi strategi yang baik, tetapi Anda perlu berhati-hati untuk tidak hanya mengandalkan asumsi bahwa harga saham akan meningkat setelah pembelian.
Sampai di sini, Anda telah mengetahui detail cara kerja window dressing, dampaknya terhadap laju saham, dan sejumlah tips yang dapat membantu investor menghadapinya.
Untuk diingat, kebijakan yang baik dan analisis yang mendalam tetap menjadi kunci dalam mempertahankan keputusan investasi yang cerdas dan jelas di tengah dinamika pasar saham.