Mengenal Apa Itu Window Dressing hingga Tips Menghadapinya

Window dressing adalah fenomena khusus di dunia keuangan.

Mengenal Apa Itu Window Dressing hingga Tips Menghadapinya
Dok. Shutterstock/SEVENNINE_79
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Dalam dunia Investasi, terdapat sejumlah strategi yang digunakan oleh perusahaan dan manajer investasi untuk meningkatkan citra portofolio, terutama ketika melibatkan laporan keuangan yang akan diperlihatkan kepada para pemegang saham dan publik. 

Salah satu taktik yang cukup dikenal, meski terkadang kurang disadari oleh investor adalah yang dikenal sebagai Window Dressing (WD).

Window dressing adalah suatu praktik yang dilakukan untuk membuat hasil investasi terlihat lebih menguntungkan daripada yang sebenarnya.

Jelang akhir tahun seperti ini, frasa itu semakin sering muncul. Associate Director Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan, investor menunggu-nunggu fenomena window dressing. “Strategi itu sudah mulai dilakukan memasuki kuartal akhir, tapi puncaknya ada di Desember,” katanya. 

Melalui pembahasan kali ini, Anda akan mengetahui secara tuntas mengenai window dressing, mulai dari cara kerja, hingga tips menghadapi window dressing saham.

Apa itu window dressing?

Pengertian Laporan Perubahan Modal. (Shutterstock/wutzkohphoto)

Malansir Investopedia, window dressing mengacu pada strategi manajer portofolio guna meningkatkan kinerja dana sebelum mempresentasikannya kepada klien atau pemegang saham. 

Pada taktik itu, pengelola dana akan menjual saham yang rugi besar, lalu membeli saham dengan harga terbang tinggi menjelang akhir kuartal atau akhir tahun.

Misalnya, Anda melego saham perusahaan teknologi yang harganya merosot selama beberapa bulan ini, lalu menggantinya dengan saham perbankan dengan pergerakan saham yang apik–menghijau sampai harganya terus naik.

Cara kerja window dressing

Window dressing biasanya terjadi menjelang akhir periode pelaporan, yakni pada akhir tahun (bulan Desember). 

Manajer investasi berupaya ‘mempercantik’ portofolio mereka dengan membeli saham yang performanya tinggi untuk sementara sebelum akhir tahun. 

Hal ini dilakukan untuk meningkatkan rata-rata performa portofolio dan membuatnya terlihat lebih baik daripada benchmark indeks atau ekspektasi investor.

Setelah periode pelaporan berakhir, manajer investasi kembali menjual saham-saham yang dibelinya secara taktis. 

Hal ini dimaksudkan untuk mengambil keuntungan dari kenaikan harga sementara yang mungkin terjadi dan untuk memperoleh imbal hasil.

Setelah menjual saham-saham tadi, manajer investasi juga mengembalikan portofolio ke kondisi semula atau membuat penyesuaian strategis yang sesuai dengan tujuan jangka panjang.

Portofolio sementara yang terlihat menguntungkan inilah yang dapat meningkatkan kepuasan klien dan menarik minat investor potensial. Lantas, apa dampak window dressing terhadap saham?

Dampak window dressing terhadap laju saham

ilustrasi candlestick (pexels.com/Alesia Kozik)

Di tengah upaya para investor dan manajer investasi untuk lakukan window dressing, sejumlah saham berkapitalisasi dan berlikuiditas tinggi atau blue chip akan jadi magnet bagi para investor.

Berdasarkan performa sepanjang 2022, ada sejumlah sektor yang melampaui tingkat pengembalian IHSG, yang menghasilkan return 7 persen. Itu meliputi sektor energi (84,25 persen), industri (21,34 persen), transportasi dan logistik (12,57 persen), konsumen primer (11,82 persen), dan kesehatan (8,04 persen).

“Sementara, sektor lainnya belum mampu outperform terhadap IHSG,” imbuh Nico.

Tips menghadapi window dressing

Dalam menghadapi fenomena window dressing yang sering terjadi menjelang akhir periode pelaporan, investor perlu memahami strategi dan taktik yang dapat membantu mereka menjaga keputusan investasi yang cerdas dan jelas. 

Berikut ini beberapa tips yang dapat membantu investor menghadapi potensi dampak window dressing pada portofolio mereka.

1. Lakukan analisis jangka panjang:

Fokuskan pada portofolio dan saham dalam jangka panjang daripada hanya berdasarkan periode pelaporan terakhir. 

Hal ini membantu Anda untuk mengidentifikasi tren sebenarnya dan mengurangi pengaruh taktik window dressing.

2. Perhatikan Perubahan yang Signifikan:

Waspadai perubahan yang signifikan dalam portofolio pada akhir periode pelaporan. Penyesuaian besar-besaran dapat menjadi indikasi praktik window dressing.

3. Analisis fundamental

Lakukan analisis fundamental terhadap saham yang dipertimbangkan. Lihat laporan keuangan, kesehatan bisnis, dan faktor-faktor lain yang mendasari kinerja saham secara menyeluruh.

4. Diversifikasi portofolio

Diversifikasi portofolio Anda untuk mengurangi dampak potensial dari perubahan harga saham yang disebabkan oleh window dressing

Portofolio yang terdiversifikasi dapat memberikan perlindungan lebih baik.

5. Beli saat harga saham rendah

Pembelian saham pada harga yang lebih rendah bisa menjadi strategi yang baik, tetapi Anda perlu berhati-hati untuk tidak hanya mengandalkan asumsi bahwa harga saham akan meningkat setelah pembelian.

Sampai di sini, Anda telah mengetahui detail cara kerja window dressing, dampaknya terhadap laju saham, dan sejumlah tips yang dapat membantu investor menghadapinya.

Untuk diingat, kebijakan yang baik dan analisis yang mendalam tetap menjadi kunci dalam mempertahankan keputusan investasi yang cerdas dan jelas di tengah dinamika pasar saham.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Prabowo Ingin Memastikan Danantara Sesuai Aturan yang Berlaku
Viral Pertamax Diduga Sebabkan Kerusakan Mesin, Pertamina Minta Maaf
Nike dan Adidas Kehilangan Dominasi di Sepatu Lari
Menteri Perindustrian RI Tolak Proposal Investasi Apple US$100 Juta
MR. DIY Indonesia IPO Desember, Harga Rp1.650–Rp1.870
Unilever Resmi Jual Bisnis Es Krim ke Magnum Rp7 Triliun