Yield Obligasi Diprediksi Turun di 2024, Intip Prospeknya

Bagaimana prospek obligasi di 2024?

Yield Obligasi Diprediksi Turun di 2024, Intip Prospeknya
Ilustrasi Surat Berharga Negara. (Shutterstock/Fizkes)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Mandiri Sekuritas memperkirakan imbal hasil (yield) SBN (Surat Berharga Negara) tenor 10 tahun turun ke posisi 5,5 persen sampai dengan 5,75 persen di akhir 2024.

Sementara itu, pada akhir 2023, yield SBN tenor 10 tahun diprediksi menurun ke rentang 6 persen sampai dengan 6,2 persen.

Kendati demikian, Direktur Uama Mandiri Sekuritas, Oki Ramadhana mengatakan, "Untuk pasar obligasi kami masih melihat outlook positive hingga akhir tahun ini dan tahun depan," kata Oki di bilangan Jakarta Selatan, dikutip Rabu (20/12).

Mengapa demikian? Apa sentimen positifnya? Oki mengatakan, salah satu katalisnya, yakni: tingkat suku bunga The Fed diprediksi telah mendekati level puncak. Sehingga diproyeksikan akan alami tren penurunan di 2024.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro pun memproyeksi Bank Indonesia (BI) akan menjaga suku bunga acuan di level 6 persen di Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI), Kamis (21/12).

Sementara itu, dari pasar domestik, fundamental ekonomi Indonesia dinilai terus membaik. Itu tergambar dalam angka inflasi yang terjaga di rentang target Bank Indonesia, yakni: 2-4 persen. Pertumbuhan ekonomi pun diproyeksi masih lebih dari 5,0 persen (5,1 persen) pada 2024, menurut IMF.

Katalis lainnya adlaah cadangan devisa Indonesia pun dinilai masih tinggi, dengan konsolidasi fiskal lebih cepat. Ditambah dengan dominasi investor asing yang turun karena adanya pertumbuhan investor dalam negeri.

Dukungan investor asing dan domestik

Menurut Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto, secara year to date, indeks total pengembalian INDOGB mencapai 7,50 persen. Sementara secara tahunan, pengembaliannya sudah menyentuh 7,92 persen. 

Ia mengatakan, katalisnya adalah aliran modal asing yang menyokong rally INDOGB. Anto mengatakan, "Sejak Agustus-Oktober asing keluar. Tapi kita lihat di bulan November-Desember asing masuk. Lalu dukungan dari investor domestik juga masih solid terutama dari non-bank dan ritel."

Salah satu faktor yang mendorong rebound cukup signifikan, terutama dua bulan terakhir adalah penurunan US Treasury Yield. "Di Oktober 2023, yield obligasi kita yang 10 tahun sempat di atas 7 persen, tapi dengan penurunan UST yield bond, yield kita turun ke 6,5 persen. Dengan begitu berarti harga obligasi naik," jelas Anto.

Artinya, investor mendapatkan dua keuntungan, yakni: pendapatan bunga dan capital gain karena adanya penurunan yield.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024