100 Hari Prabowo, Kinerja Pasar Saham Indonesia Cenderung Fluktuatif

IHSG kembali berada pada zona positif.

100 Hari Prabowo, Kinerja Pasar Saham Indonesia Cenderung Fluktuatif
Presiden Prabowo Subianto rapat terkait IKN (Dok. Otorita IKN)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Kinerja pasar saham Indonesia fluktuatif selama 100 hari pemerintahan Prabowo Subianto
  • IHSG positif pada Oktober 2024, negatif pada November-Desember, dan kembali positif di Januari 2025
  • Pelaku pasar cenderung menunggu kebijakan pro-market dari Prabowo, dipengaruhi oleh volatilitas global dan kebijakan BI

Jakarta, FORTUNE - Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto telah genap memasuki 100 hari masa kerja pada 28 Januari 2025. Sepanjang periode tersebut, kinerja pasar saham Indonesia dinilai cenderung fluktuatif.

Pada Oktober 2024, indeks harga saham gabungan (Ihsg) ditutup dalam zona positif. Hal ini menunjukkan optimisme masyarakat Indonesia dalam menyambut pemerintahan baru yang mendukung pro-growth. Sementara itu, pada November hingga Desember 2024, IHSG ditutup pada zona negatif. Lalu, pada Januari 2025 IHSG justru bergerak positif.

Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai kinerja negatif IHSG pada dua bulan belakangan tersebut sebagian besarnya dipengaruhi oleh sentimen global. Contohnya, sikap Fed yang cenderung hawkish, dengan kecilnnya potensi penurunan suku bunga acuan pada tahun ini. 

Terlebih lagi, dengan ditetapkannya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat, kebijakannya yang dilabeli Trumponomics berpotensi akan mendorong terjadinya kenaikan harga dan dinamika potensi kenaikan kinerja ketenagakerjaan Amerika Serikat yang menyebabkan inflasi.

Sementara itu, Bank Indonesia pada Desember lalu cenderung menahan diri untuk menerapkan kebijakan pelonggaran moneter. Ini berkebalikan dari Fed yang telah menerapkan kebijakan pelonggaran moneter pada bulan yang sama. 

“Nah, ini yang membuat market kita terdepresiasi pada waktu November dan Desember. Belum lagi juga para pelaku pasar lebih cenderung wait and see terhadap kebijakan pro-market dari Prabowo,” ujar Nafan kepada Fortune Indonesia, Kamis (30/1).

IHSG pada 19 Desember silam sempat anjlok 1,84 persen ke level 6.977 setelah sempat mencatatkan all time high 7.910 pada September 2024.

Kemudian pada Januari, IHSG mulai terapresiasi karena mendapatkan katalis positif dari kebijakan BI yang memangkas suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 bps ke level 7,75 persen pada Rabu (15/1). 

Sejalan dengan hal tersebut, analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximillianus Nico, mencermati bahwa IHSG sendiri sudah mengalami pelemahan 7,8 persen selama 100 hari Prabowo menjabat.

Kendati demikian, pergerakan IHSG sendiri dinilai tidak bisa serta merta dikaitkan dengan program 100 kerja, karena IHSG juga didominasi oleh pergerakan volatilitas pasar global—seperti pemangkasan tingkat suku bunga Fed yang melambat, hingga pelantikan Trump pada Januari lalu.

Menurutnya, rencana kebijakan kenaikan PPN 12 persen juga sempat memberikan tekanan terhadap IHSG, yang membuat IHSG mengalami penurunan.

Oleh sebab itu, Nico menyatakan diperlukannya sikap optimistis bahwa program Prabowo mampu mendorong pertumbuhan ekonomi ke depannya dengan berbagai kebijakan yang dimiliki.

“Selain kebijakan, kita juga negara emerging market, sehingga volatilitas pergerakan pasar juga akan didominasi oleh pergerakan global. Hal ini yang juga harus diperhatikan oleh pelaku pasar dan investor ke depannya,” ujarnya kepada Fortune Indonesia, Kamis (30/1).

Pilarmas Investindo Sekuritas memproyeksi IHSG pada 2025 akan berkisar 7.720–7.940. Lebih lanjut, sektor yang memiliki korelasi positif terhadap rencana kerja pemerintah menjadi pilihan Pilarmas untuk menjadi amatan investor tahun ini, seperti sektor properti, sektor consumer non-cyclical, poultry, sektor teknologi, sektor energi, hingga sektor keuangan.

“Perhatikan juga karakter dan profil risiko dari investor sendiri, apakah jangka pendek ataukah jangka panjang. Karena, pilihan saham tersebut tergantung dari investor itu sendiri,” katanya.

Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, mengatakan secara teknikal posisi IHSG sedang berada pada fase downtrend. Menurutnya, selama IHSG masih mampu berada di atas 6.931 sebagai support, maka masih terdapat peluang dalam jangka pendek IHSG menguat untuk menguji area 7.166-7.300 kembali.

Hari ini (30/1) IHSG ditutup melemah 92,57 poin (1,29 persen) ke level 7.073,47 dengan volume transaksi 18,09 miliar saham dengan nilai transaksi Rp11,71 triliun.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi Desember 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi Oktober 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juli 2024

Most Popular

Japfa Ltd Mau Delisting dari SGX, Bagaimana Dampak ke JPFA?
3 Waktu Terbaik Memulai Investasi Emas, Minim Kerugian
Emiten Saham yang Bagi Dividen 2 Kali Setahun
OJK Dukung Pemerintah Mengenai Program Simpan Pinjam Pekerja Migran
UOB: Jumlah Kelas Menengah Turun, Kian Banyak yang Andalkan Tabungan
Harga Saham Bank Central Asia (BBCA) Hari Ini, 30 January 2025