BRI Danareksa Revisi Target IHSG 2025 Jadi 7.300, Ini 3 Sektor Pilihan

Jakarta, FORTUNE - BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) merevisi target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi sekitar 7.300 hingga akhir 2025, dari proyeksi awal tahun yakni sekitar 7.800.
Head of Equity Research BRIDS Erindra Krisnawan menjelaskan pemangkasan target tersebut dipengaruhi oleh sentimen global seperti dinamika kebijakan tarif perdagangan dari Amerika Serikat (AS). Ditambah lagi dengan faktor ekonomi domestik.
"Pertumbuhan [ekonomi nasional] ternyata lebih rendah dari yang kami ekspektasikan semua [di awal tahun]," kata Erindra saat ditemui di Bursa Efek Indonesia, dikutip Jumat (4/7).
Proyeksi target IHSG terbaru BRIDS didukung oleh faktor akselerasi belanja pemerintah (governance spending) pada semester II 2025. Dengan catatan, hal itu benar-benar direalisasikan di sisa waktu tahun ini. Sentimen lainnya adalah pergerakan nilai tukar rupiah, yang diharapkan stabil dan menguat seiring faktor belanja pemerintah tersebut.
Namun, dalam jangka pendek, investor masih cenderung mengambil sikap wait and see sampai dengan akhir Juli. Khususnya di tengah penantian musim rilis kinerja kuartal II. Apalagi, data-data industri terbaru pun relatif negatif.
"Jadi mungkin antara awal sampai dengan akhir Juli masih belum ke mana-mana [pergerakan IHSG]. Tapi setelah itu, jika sudah mulai lebih terlihat dampak stimulus [pemerintah], sudah mulai lebih jalan, data industri mulai pulih, itu seharusnya bisa membuat pasar lebih positif ya," jelas Erindra.
Pada semester II 2025, BRIDS menyoroti sektor konsumer, telekomunikasi, dan pertambangan.
Konsumer dipilih karena akan merasakan dampak positif dari belanja pemerintah yang direncanakan meningkat. Selain itu, valuasi harga sahamnya pun dinilai sudah murah. Akan tetapi, masih ada faktor risiko seperti nilai tukar dan daya beli masyarakat.
Khusus untuk sektor telekomunikasi, Erindra memproyeksikan adanya dampak positif dari peluang penyesuaian harga paket data di semester II 2025. Ditambah lagi dengan adanya aksi merger antara PT XL Axiata Tbk dan PT Smartfren Tbk menjadi XLSMART.
"Di kuartal I dan paruh II 2024 itu di sektor telekomunikasi banyak perang harga, jadi perbaikan harganya itu menuju ke harga mulai stabil dan naik. Itu harusnya menjadi sentimen positif katalis untuk saham sektor ini," kata Erindra.
Lalu, untuk sektor pertambangan, BRIDS menyoroti subsektor logam dalam jangka pendek. Salah satu pendorongnya adalah langkah investor global yang melindungi nilai aset melalui komoditas seperti emas, tembaga, juga nikel.