Emiten Milik Sandiaga Uno (SRTG) Bagi Dividen Rp1 T dan Buyback Saham
Dividen tunai yang dibagikan itu setara Rp75 per saham.
Jakarta, FORTUNE - Perusahaan investasi milik Sandiaga Uno, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) akan membagikan dividen tunai sebesar Rp1 triliun atau sekitar Rp 75 per saham. Perusahaan juga akan melakukan pembelian kembali (buyback) saham perusahaan dengan anggaran sebanyak-banyaknya Rp150 miliar selama periode 15 Mei 2023- 30 Juni 2024.
Kebijakan pembagian saham dan buyback tersebut telah diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Saratoga yang digelar Senin (15/5) di Jakarta.
Direktur Keuangan Saratoga Lany D. Wong mengatakan Saratoga membukukan kinerja investasi yang tetap positif di tengah kondisi pasar modal yang menurun. Sementara perekonomian domestik dan global masih penuh tekanan akibat inflasi dan suku bunga yang terus meningkat.
Pertumbuhan investasi Saratoga tercermin dari kenaikan Net Asset Value (NAV) perusahaan sebesar 8 persen menjadi Rp60,9 triliun. Perusahaan juga mencatat pendapatan dividen terbesar sepanjang sejarah yaitu senilai Rp2,6 triliun.
“Kami berkomitmen terus meningkatkan nilai portofolio Saratoga dengan mengoptimalkan setiap peluang investasi melalui strategi yang terukur, disiplin dan penuh kehati-hatian. Kami menyampaikan terima kasih atas dukungan para pemegang saham yang membuat strategi investasi Saratoga dapat dijalankan dengan baik,” kata Lany dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (15/5).
Pada 2022, perusahaan-perusahaan portofolio investasi Saratoga mampu memberikan kontribusi yang maksimal terhadap penguatan fundamental perusahaan melalui pencapaian kinerja yang positif dan peningkatan jumlah pembagian dividen. Dengan arus kas yang kuat, tahun lalu Saratoga memangkas utang lebih dari 60 persen, sehingga posisi utang bersih perusahaan menjadi Rp688 miliar.
Persetujuan buyback saham
Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan menjelaskan, RUPSLB hari ini juga menyetujui pelaksanaan program buyback saham Saratoga.
Menurutnya, nilai saham Saratoga masih memiliki ruang yang sangat lebar untuk terus bertumbuh sesuai dengan perfoma NAV yang positif. Secara fundamental, investasi di perusahaan portofolio memiliki rekam jejak yang solid, baik dari aspek nilai portofolio maupun pendapatan dividen. "Hal ini terbukti dari NAV Saratoga yang sudah mencapai Rp 60,9 triliun pada tahun 2022, dimana sebelumnya baru sebesar Rp 15,7 triliun di tahun 2018,” kata Devin.
Dalam RUPST dan RUPSLB hari ini pemegang saham juga menyetujui sejumlah agenda, seperti persetujuan atas laporan tahunan tahun buku 2022 dan pengesahan laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember 2022. Seluruh direksi dan dewan komisaris mendapatkan pembebasan tanggung jawab (acquit et de charge) untuk periode tersebut.
Pemegang saham melalui RUPSLB juga menyetujui penggunaan saham treasury untuk program insentif jangka panjang karyawan.
Diversifikasi dan capex
Devin mengatakan, dalam satu hingga dua tahun mendatang, Saratoga menargetkan bisa memiliki satu pilar baru, yang ditargetkan bisa berkontribusi signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Saat ini, sebagian besar keuntungan perseroan dikontribusi dari investasi saham bluechip pada perusahaan berbasis sumber daya alam (SDA) dan logam berharga, seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Merdeka Cooper Gold Tbk, serta perusahaan menara telekomunikasi PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).
"Untuk memiliki satu pilar baru di Saratoga selain natural resources dan TBIG semua tergantung oppurtunity yang tersedia di market, harapannya dalam 1-2 tahun ke depan kami bisa dapatkan," katanya dalam paparan publik di Jakarta.
Kendati demikian, untuk mendiversifikasi portofolio investasi dan menciptakan pilar baru hingga tumbuh besar seperti anak usaha di bidang sumber daya alam memerlukan waktu. Untuk itu perusahaan akan mengkaji secara berhati-hati.
Adapun, dua sektor yang tengah dilirik sebagai investasi baru adalah energi baru terbarukan (EBT) dan sektor kesehatan. Perusahaan menganggarkan investasi tahun ini US$100-150 juta atau sekitar Rp2,22 triliun (asumsi kurs Rp14,816 per dolar AS) yang sebagian besar akan digunakan untuk berinvestasi ke kedua sektor tersebut.