Pasokan Sianida Normal, SQMI Targetkan Produksi Emas Dore 300 Ton/Hari
Total, target kapasitas produksi sebesar 500 ton per hari.
Jakarta, FORTUNE - PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI) menargetkan kapasitas produksi di fasilitas pengolahan mineral Emas Ciemas Gold Project pada September 2024 bisa mencapai 300 ton per hari. Proyeksi ini ditetapkan seiring harga dan pasokan sianida telah mulai kembali normal.
"Dengan mengesampingkan keadaan yang tidak terduga, Grup menargetkan akan mencapai kapasitas produksi sebesar 300 ton per hari pada September 2024," kata manajemen perseroan dikutip dari laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (5/9).
Pada Agustus 2024, Grup telah memproduksi 2.562 gram emas dore. Grup akan terus mengidentifikasi dan menangani sirkuit pemrosesannya untuk meningkatkan
efisiensi pemrosesan, pemulihan yang efektif, dan waktu aktif yang berkelanjutan . "Ini mencapai target kapasitas produksinya sebesar 500 ton per hari," kata manajemen.
Kuota impor
Perusahaan juga mengungkapkan, permohonan izin impor sianida diajukan sebelumnya telah disetujui oleh Kementerian Perdagangan dan saat ini sedang menunggu persetujuan dari Kementerian Perindustrian terkait kuota impor sianida.
"Perseroan akan terus memantau perkembangan dan memberikan pembaruan (update) jika terdapat perkembangan material," kata manajemen.
Para pemegang saham perseroan dan calon investor disarankan untuk berhati-hati dalam bertransaksi efek perseroan dan disarankan untuk membaca pengumuman ini dan
pengumuman lebih lanjut . Jika ragu, pemegang saham perusahaan dan calon investor disarankan untuk mendapatkan saran independen dari konsultan profesional mereka sebelum melakukan perdagangan atau membuat keputusan investasi pada efek perseroan.
Hingga semester I 2024, perseroan mencatat rugi sekitar Rp28,1 miliar, membengkak dibandingkan periode yag sama tahun sebelumnya sebesar Rp8,11 miliar. Kerugian ini Sebagian besar disebabkan oleh menurunnya pendapatan dari kontrak dari pelanggan dariyang sebelumnya Rp1,94 miliar menjadi Rp136 juta di semester I 2024.
Demikian pula dengan melonjaknya sejumlah komponen beban, seperti beban operasioal lapangan dan beban umum administrasi sehingga menyebabkan laba bersih SQMI tertekan.