Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Fenomena IHSG vs LQ45: Saham Unggulan Ditinggal, Ini Analisis Pakar

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (dok. pribadi/Angga Kurnia Saputra)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (dok. pribadi/Angga Kurnia Saputra)
Intinya sih...
  • Indeks LQ45 tertinggal dari IHSG, menurut Budi Frensidy, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
  • Saham-saham non-LQ45 perform lebih baik ketimbang saham-saham LQ45.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Fenomena tak biasa terjadi di pasar modal Indonesia: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melaju positif sepanjang tahun ini, sementara indeks saham unggulan LQ45 justru terperosok. Pengamat pasar modal sekaligus Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Budi Frensidy, menilai kondisi ini menunjukkan kinerja IHSG saat ini lebih banyak ditopang oleh saham-saham di luar kelompok blue chip.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Selasa (5/8), perbedaan kinerja keduanya sangat kontras. Sejak awal tahun (year-to-date/YtD), IHSG mampu melaju dengan kenaikan 4,91 persen ke level 7.515,19. Pada periode yang sama, indeks LQ45 tercatat melemah 4,90 persen ke level 796,21.

“Dengan kata lain, saham-saham non-LQ45 perform lebih baik daripada saham-saham LQ45, sehingga IHSG-nya bisa bertumbuh lebih baik daripada LQ45. Itulah saja kondisinya,” ujar Budi dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (5/8).

Padahal, indeks LQ45 idealnya mengukur kinerja harga dari 45 saham dengan fundamental baik, likuiditas tinggi, dan kapitalisasi pasar terbesar. Namun, Budi mencermati beberapa perusahaan dalam indeks tersebut justru mencatatkan kinerja kurang baik pada semester I-2025.

Menurutnya, faktor tersebut menjadi alasan investor cenderung keluar dari saham-saham LQ45. Ia juga menyoroti adanya beberapa saham berkapitalisasi besar (big caps) yang keluar dari daftar konstituen LQ45.

"Dalam catatan saya, saham-saham LQ45 biasanya mendorong IHSG dalam 1-2 tahun, setelah itu kinerja IHSG yang melampaui LQ45," kata Budi mengenai pola historis yang ia amati.

Meski demikian, Budi melihat adanya potensi perbaikan ke depan. Ia optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester II-2025 dapat menjadi katalis positif mendongkrak kembali kinerja indeks saham, termasuk LQ45.

Sebagai referensi, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,12 persen secara tahunan (YoY) pada kuartal II-2025. Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan kuartal sebelumnya yang mencapai 4,87 persen, didorong oleh lonjakan mobilitas masyarakat selama periode libur.

“Karena secara jangka panjang, pergerakan indeks itu akan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi kita, tapi secara nominal, bukan riil,” katanya.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us