Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Harga Bitcoin ATH Tembus Rp1,8 Miliar per Koin, Pecah Rekor!

ilustrasi harga bitcoin.png
ilustrasi harga bitcoin (unsplash.com/André François McKenzie)
Intinya sih...
  • Harga Bitcoin mencapai ATH sekitar Rp1,8 miliar per koin.
  • Kenaikan dipengaruhi oleh aliran masuk dana ke ETF Bitcoin spot, inflasi rendah di AS, dan geopolitik yang lebih tenang.
  • Sentimen FOMO dan efek psikologis juga berperan dalam tren kenaikan harga.

Jakarta, FORTUNE - Harga Bitcoin kembali mencetak sejarah baru. Pada Kamis (22/05), aset kripto terbesar di dunia ini menyentuh level all-time high (ATH) terbaru, yakni sekitar US$114.000 atau setara Rp1,8 miliar dengan asumsi kurs Rp16.000 per dolar AS.

Pencapaian harga Bitcioin ATH ini menandai rekor tertinggi sepanjang masa bagi Bitcoin. Di satu sisi, hal ini menghidupkan kembali optimisme di pasar kripto global.

Meski sempat terkoreksi, harga penutupan Bitcoin tetap tinggi di angka US$109.621 atau sekitar Rp1,75 miliar. Lonjakan harga ini langsung menarik perhatian pelaku pasar, baik investor berpengalaman maupun pemula.

Penyebab tingginya harga Bitcoin ATH

Kenaikan drastis harga Bitcoin dipengaruhi oleh berbagai faktor global. Mulai dari faktor kondisi ekonomi makro hingga sentimen pasar yang membaik. Berikut ulasan mengenai faktor-faktornya.

  1. Aliran masuk dana ke ETF Bitcoin spot

Salah satu pendorong utama harga Bitcoin adalah meningkatnya arus masuk dana ke produk Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin spot, terutama dari investor institusional.

Menurut laporan CryptoTimes, arus masuk bersih ke ETF spot Bitcoin mencapai lebih dari US$329 juta (sekitar Rp5,26 triliun) hanya dalam sehari, tepatnya Selasa, 20 Mei 2025. Ini juga menjadi hari kelima berturut-turut dana institusi masuk ke ETF tersebut.

Analis Paul Barron, dalam unggahannya di platform X, menyebutkan bahwa sentimen institusional saat ini belum mencapai puncaknya.

“Sumber saya mengatakan pergerakan besar dari institusi belum sepenuhnya terjadi. Ini bisa menjadi pemicu harga menuju US$120.000," tulisnya.

  1. Angka inflasi di AS yang rendah

Inflasi yang terkendali di Amerika Serikat menciptakan ruang bagi investor untuk kembali mengambil risiko. Hal ini mendorong masuknya dana ke aset non-tradisional seperti kripto, termasuk Bitcoin.

  1. Meredanya kondisi geopolitik

Suasana geopolitik global yang lebih tenang, terutama hubungan dagang AS dan Tiongkok. Hal ini membentuk sentimen positif di pasar. Sinyal akan tercapainya kesepakatan dagang meningkatkan minat terhadap aset digital sebagai bentuk diversifikasi.

  1. Penurunan peringkat utang AS

Penurunan peringkat utang AS oleh lembaga pemeringkat Moody's juga memiliki efek tidak langsung. Penurunan ini mendorong investor untuk mencari aset penyimpan nilai alternatif, yang mana Bitcoin menjadi salah satu pilihan utama.

Selain itu, arus dana masuk yang besar ke produk investasi berbasis Bitcoin seperti ETF (Exchange-Traded Fund) turut memperkuat harga. Berdasarkan data Farside Investors, total inflow ke ETF Bitcoin Spot sejak diluncurkan pada Januari 2024 hingga Mei 2025 telah mencapai sekitar US$42,7 miliar atau setara Rp700 triliun.

Sementara itu, data on-chain menunjukkan tekanan jual yang rendah dan peningkatan jumlah stablecoin seperti Tether (USDT) di bursa. Dengan begitu, ini menandakan tingginya likuiditas dan potensi pembelian besar dalam waktu dekat.

Sentimen pasar dan efek psikologis

Selain faktor teknis dan institusional, kondisi pasar kripto saat ini juga didorong oleh sentimen FOMO (fear of missing out). Efek psikologis ini turut berperan besar dalam membentuk tren kenaikan harga.

Keterlibatan institusi besar dalam ETF Bitcoin menciptakan rasa percaya diri bagi investor ritel. Ketika banyak investor institusi menanamkan dana ke dalam aset kripto, investor kecil pun terdorong untuk mengikuti arus, memperkuat momentum bullish.

Sementara itu, beberapa mata uang kripto lain seperti Ethereum dan Dogecoin juga mencatatkan kenaikan dalam 24 jam terakhir. Masing-masing mata uang kripto tersebut naik sekitar 5% dan 6,3%.

Situasi ini mendorong permintaan yang tinggi secara bersamaan sekaligus menciptakan tekanan beli yang signifikan terhadap Bitcoin. Dalam dunia aset kripto yang sangat bergantung pada sentimen, hal ini menghasilkan kondisi pasar yang kondusif untuk kenaikan harga lebih lanjut.

Apa artinya bagi investor?

Kenaikan harga Bitcoin ke level ATH tak sekadar pencapaian angka, tapi juga menandakan semakin matangnya pasar kripto. Dukungan regulasi terhadap ETF Bitcoin serta harapan akan pelonggaran kebijakan moneter ikut memperkuat tren positif ini.

Namun, penting bagi investor untuk tetap waspada. Volatilitas di pasar kripto sangat tinggi. Euforia bisa berbalik menjadi koreksi tajam jika ada perubahan sentimen atau gejolak global.

Investor disarankan untuk menerapkan manajemen risiko yang baik dan melakukan riset mendalam sebelum mengambil keputusan. Kenaikan ini bisa menjadi awal dari fase bullish jangka panjang, namun bukan berarti tanpa risiko.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ana Widiawati
EditorAna Widiawati
Follow Us