MARKET

Pasar Saham Asia Melemah, Bagaimana dengan Dolar dan Emas?

Pasar saham Asia melemah, dolar dan emas menguat

Pasar Saham Asia Melemah, Bagaimana dengan Dolar dan Emas?ilustrasi grafik pasar saham (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
31 January 2025

Fortune Recap

  • Pasar saham Asia melemah setelah libur Tahun Baru Imlek, namun sentimen investor tetap stabil berkat laporan keuangan perusahaan teknologi AS yang kuat.
  • Kebijakan tarif baru dari Trump mendorong kenaikan nilai tukar dolar dan harga emas, sementara bank sentral menjadi perhatian utama para pelaku pasar.
  • Indeks MSCI saham Asia-Pasifik mengalami penurunan, saham teknologi besar turun, dan kontrak berjangka Nasdaq naik akibat proyeksi positif Apple Inc terkait AI.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Pasar Saham Asia mencatat pelemahan pada hari Jumat (31/1), terutama karena kembali dibukanya pasar saham Korea Selatan setelah libur Tahun Baru Imlek. Meski demikian, sentimen investor tetap stabil berkat laporan keuangan yang kuat dari perusahaan teknologi Amerika Serikat.

Kebijakan tarif baru dari pemerintahan Donald Trump turut mendorong kenaikan nilai tukar Dolar dan Harga Emas. Adapun, kebijakan bank sentral masih  menjadi perhatian utama para pelaku pasar minggu ini.

Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga sesuai dengan prediksi sebelumnya. Gubernur The Fed, Jerome Powell menyatakan bahwa tidak akan ada pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat. Sementara itu, Bank Sentral Eropa justru melakukan pemangkasan suku bunga pada hari Kamis (30/1).

Perdagangan saham di beberapa negara Asia masih terhenti akibat perayaan Tahun Baru Imlek, termasuk di Tiongkok, Hong Kong, dan Taiwan. Namun, pasar saham Korea Selatan kembali aktif dan langsung mengalami tekanan. Indeks KOSPI turun 1 persen akibat pengumuman terobosan model kecerdasan buatan (AI) murah oleh DeepSeek Tiongkok, yang berdampak pada pasar global.

Beberapa saham teknologi besar mengalami penurunan signifikan. Saham Samsung Electronics anjlok 3 persen karena prospek pertumbuhan laba kuartal pertama yang terbatas. Sementara itu, saham SK Hynix, pemasok utama Nvidia, merosot hingga 8 persen.

Secara keseluruhan, indeks MSCI saham Asia-Pasifik di luar Jepang mengalami penurunan sebesar 0,3 persen, tetapi masih menunjukkan kenaikan sebesar 1 persen dalam bulan ini. Indeks tersebut berhasil mengakhiri tren penurunan yang terjadi selama tiga bulan berturut-turut.

Di sisi lain, kontrak berjangka Nasdaq naik 0,6 persen dalam sesi perdagangan Asia, didorong oleh proyeksi positif dari Apple Inc, yang memperkirakan pertumbuhan penjualan yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa Apple berpotensi pulih dari penurunan penjualan iPhone dengan memanfaatkan fitur kecerdasan buatan yang lebih canggih.

Pada awal pekan, saham teknologi sempat anjlok drastis akibat kekhawatiran investor terhadap pengaruh model AI murah dari Tiongkok. Saham perusahaan besar seperti Nvidia, Broadcom, dan Oracle terdampak oleh kekhawatiran ini. 

Namun, beberapa perusahaan teknologi telah berhasil menutupi sebagian kerugian tersebut. CEO Microsoft dan Meta mengemukakan bahwa investasi besar-besaran dalam pengembangan AI sangat penting untuk mempertahankan daya saing di industri ini.

Vasu Menon, Direktur Pelaksana Strategi Investasi di OCBC, menilai bahwa perkembangan teknologi AI yang diperkenalkan DeepSeek dapat menimbulkan ketidakpastian dan tekanan terhadap valuasi perusahaan AI dalam jangka pendek. Meski demikian, menurutnya, prospek jangka menengah hingga panjang tetap positif.

"Kebutuhan akan peningkatan infrastruktur AI akan terus berlanjut dan setiap kapasitas komputasi baru harus diserap oleh peningkatan permintaan AI yang dapat tumbuh secara signifikan di tahun-tahun mendatang," ujarnya, seperti dikutip dari Reuters.

Ia menambahkan bahwa kebutuhan terhadap infrastruktur AI akan terus meningkat. Karenanya, setiap kapasitas komputasi yang baru harus dapat mengakomodasi permintaan AI yang terus berkembang.

Sementara itu, data dari LSEG menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS mengalami perlambatan pada kuartal keempat 2024, meskipun masih cukup kuat untuk memungkinkan The Fed menurunkan suku bunga secara bertahap sepanjang tahun ini.

Pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 45 basis poin dalam tahun 2025, dengan probabilitas dua kali pemangkasan yang cukup besar. Fokus investor kini beralih pada laporan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS pada Desember, yang merupakan indikator inflasi favorit The Fed.
 

Kebijakan Tarif Baru Trump

Related Topics

    © 2025 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.