Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

HSBC Global Research Proyeksi PErbaikan Ekonomi RI Melalui Hal Ini

Foto Pranjul 1.jpeg
Pranjul Bhandari, Chief Indonesia and India Economist, HSBC Global Research (Dok.HSBC)
Intinya sih...
  • HSBC Global Research proyeksi perbaikan ekonomi RI didorong oleh sektor informal, terutama pertanian dan belanja sosial pemerintah.
  • Sektor formal menunjukkan kinerja stagnan, sementara konsumsi domestik tetap kuat dengan pertumbuhan sekitar 5 persen.
  • Pertumbuhan saat ini belum cukup untuk menutup output gap yang masih negatif, diperlukan peningkatan investasi korporasi untuk menciptakan lapangan kerja dengan upah tinggi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - HSBC Global Research menyebut Indonesia berpeluang menghadapi perbaikan ekonomi Indonesia didorong oleh sektor informal.

Pranjul Bhandari, Chief Indonesia and India Economist, HSBC Global Research, menjelaskan penurunan inflasi yang cukup signifikan menjadi acuan pertumbuhan. Sebab, inflasi yang rendah mendorog peningkatan daya beli, terutama bagi konsumen massal dan konsumen yang sensitif terhadap harga.

Selain itu, produksi pertanian yang solid berkat cuaca yang menguntungkan, transisi dari El Nino ke La Nina, serta peningkatan belanja sosial pemerintah turut menopang daya beli dan pendapatan di sektor ini.

"Sektor informal terdiri dari orang-orang yang terkait dengan aktivitas pertanian atau bekerja di perusahaan kecil, bahkan perusahaan yang tidak terfdaftar. Mereka menyumbang sekitar 60 persen tenaga kerja dan 55 persen dari konsumsi," ujarnya dalam HSBC - Indonesia Economy Outlook H2-2025 secara virtual pada Jumat, (8/8).

Sedangkan sektor formal terdiri dari pekerja di perusahaan-perusahaan terdaftar, menyumbang 40 persen tenaga kerja dan sekitar 45 persen konsumsi nasional. Meskipun, saat ini sektor ini menunjukkan kinerja yang relatif stagnan.

Data konsumsi juga memperkuat tren ini. Penjualan mobil, peralatan rumah tangga, dan impor barang tahan lama tercatat lemah. Sebaliknya, belanja untuk kebutuhan pokok seperti makanan, minuman, pakaian, dan energi menunjukkan peningkatan, menandakan penguatan ekonomi dari sisi akar rumput.

Hal ini tercermin dalam pertumbuhan PDB Indonesia pada kuartal II-2025 yang mencapai 5,1 persen, lebih tinggi dibanding 4,9 persen pada kuartal sebelumnya. Capaian ini merupakan yang tertinggi dalam dua tahun terakhir. Sedangka, konsumsi domestik tetap kuat dengan pertumbuhan sekitar 5 persen, dan investasi mencapai 6,99 persen, terdorong oleh belanja modal pemerintah yang tinggi pada periode tersebut.

Peluang Pertumbuhan

Kendati awal yang baik, Pranjul menekankan pertumbuhan saat ini belum cukup untuk menutup output gap yang masih negatif. Untuk mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi dan berkelanjutan, dibutuhkan peningkatan investasi korporasi, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, juga menciptakan lapangan kerja dengan upah tinggi.

Saat ini realisasi investasi korporasi masih tergolong rendah. Padahal, pasca perang dagang, Indonesia berpeluang menjadi tujuan relokasi produksi oleh perusahaan multinasional.

Misalnya, untuk ekspor Indonesia ke China hampir 100 persen berupa komoditas. Sementara ekspor ke negara maju seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa sudah mencakup produk konsumen seperti tekstil, furnitur, dan alas kaki—meskipun volumenya masih kecil. Kendati demikian ekspor dalam bentuk barang jadi ini porsinya masih lebih rendah.

"Indonesia sudah memproduksi barang-barang konsumen bernilai tambah, tetapi skala produksi perlu ditingkatkan," katanya.

Ia menyebut, Indonesia bisa memanfaatkan peluang tersebut tetapi jika dibarengi dengan reformasi struktural, termasuk pengembangan infrastruktur, perluasan perjanjian perdagangan dengan negara maju, peningkatan kualitas tenaga kerja, serta penyederhanaan regulasi bisnis.

"Jika Indonesia dapat melaksanakan semua hal ini dengan baik, saya pikir dalam jangka waktu dua hingga tiga tahun, ini dapat menjadi peluang bagi aliran investasi asing langsung (FDI) dan pertumbuhan," ujar dia.

Share
Topics
Editorial Team
Ekarina .
EditorEkarina .
Follow Us