Kecemasan Pasar akan Penutupan Selat Hormuz Mereda, IHSG Diprediksi Rebound

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan menguat pada Selasa (24/6), setelah ditutup turun 1,74 persen ke level 6.787,14.
Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova mengatakan IHSG menguji garis SMA-60 pada chart harian untuk pertama kalinya sejak 24 April lalu. Di samping itu, IHSG juga telah mencapai Fibonacci projection 200 persen dari subwave a, sehingga kemungkinan subwave c dari (a) telah berakhir.
"Meskipun demikian, IHSG dapat melanjutkan koreksi menuju 6.561 jika penutupan hariannya di bawah garis SMA-60," jelas Ivan dalam riset hariannya.
Level support IHSG berada di 6.748, 6.640, dan 6.561. Sementara level resistennya di 6.956, 7.018, 7.080, dan 7.122. Indikator MACD menunjukkan adanya momentum bearish.
Ivan memprediksi IHSG hari ini bergerak di antara level 6.755 dan 6.835. Daftar saham yang ia soroti hari ini adalah BBRI, CPIN, MBMA, SMGR, dan UNTR.
Di lain sisi, Phintraco Sekuritas memproyeksikan IHSG melaju di antara support 6.700, pivot 6.850, dan resisten 7.000. Saham-saham yang mereka garis bawahi hari ini, mencakup: MEDC, PSAB, PGAS, RAJA, dan LSIP.
IHSG ditutup melemah di level 6787.14 (-1,74 persen) pada Senin (23/6), akibat kekhawatiran akan dampak meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan kenaikan harga minyak mentah terhadap ekonomi domestik di tengah melemahnya daya beli masyarakat dan perang tarif. Selain itu koreksi pada beberapa saham yang memasuki ex date dividend juga membebani indeks.
Secara teknikal, indikator Stocahastic RSI telah berada di area oversold dan berpotensi golden cross, namun negative slope MACD melebar. Penguatan indeks di bursa Wall Street dan turunnya harga minyak berpotensi akan mendorong rebound. "Sehingga IHSG diperkirakan technical rebound di kisaran 6.800-6.850," kata Analis Phintraco Sekuritas, Ratna Lim dalam risetnya.
Indeks bursa Asia ditutup beragam (23/6), di tengah belum jelasnya bagaimana reaksi Iran terhadap serangan AS. Selain itu kekhawatiran pasar bahwa perang akan meluas mereda, karena ada kecenderungan Tiongkok dan Rusia mendorong gencatan senjata di PBB.
Kecemasan pasar bahwa Iran akan menutup Selat Hormuz saat ini mereda. Itu terjadi setelah Menteri Luar Negeri AS meminta pemerintah Tiongkok untuk turun tangan dan mencegah Iran menutup rute perdagangan utama karena Tiongkok tetap menjadi pelanggan minyak terpenting Iran.
Dari AS, sentimen datang dari penantian pasar terhadap testimoni Chairman The Fed pada hari ini waktu setempat.