Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kualitas di Atas Kuantitas: Pakar Ingatkan Risiko Banjir Saham 'Kecil' di BEI

ilustrasi pasar modal (freepik.com/freepik)
ilustrasi pasar modal (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Kualitas emiten penting agar perusahaan tercatat di BEI memiliki transaksi harian tinggi.
  • Efek dari fokus pada jumlah emiten adalah saham cenderung stagnan atau bahkan menurun karena tidak diminati.
  • Perusahaan menengah seharusnya memang berfundamental baik sebelum mencatatkan sahamnya di BEI.

Jakarta, FORTUNE - Para pengamat ekonomi mengingatkan regulator pasar modal agar tidak hanya berkonsentrasi mengejar target jumlah perusahaan tercatat (emiten) baru. Kebijakan yang terlalu menitikberatkan pada kuantitas dinilai berisiko membanjiri bursa dengan saham-saham berkualitas rendah yang pada akhirnya dapat merugikan investor dan menurunkan bobot pasar modal Indonesia.

Pengamat pasar modal sekaligus Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Budi Frensidy, menegaskan pentingnya kualitas emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Menurutnya, jika regulator hanya mengejar angka, bursa justru akan dipenuhi oleh perusahaan-perusahaan kecil dengan transaksi harian yang rendah. Akibatnya, kinerja saham mereka cenderung stagnan atau bahkan menurun karena tidak diminati oleh investor bermodal besar.

“Dalam pasar modal dan juga di dalam dunia keuangan, kita mengenali istilah biggest powerful, bukan as small as beautiful,” ujar Budi dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (5/8).

Ia menyoroti, meski jumlah investor ritel telah mencapai belasan juta, kekuatan modal di pasar masih didominasi oleh pemain besar seperti investor institusi dan asing. Saham perusahaan kecil memang menarik karena fleksibilitasnya, tapi kontribusinya terhadap pergerakan pasar secara umum relatif kecil.

Pandangan serupa disampaikan oleh ekonom, Piter Abdullah. Ia menilai perusahaan yang ideal untuk melantai di bursa adalah yang memiliki fundamental bisnis kokoh dan rekam jejak kinerja yang terbukti bertumbuh.

Menurut Piter, perusahaan skala menengah seharusnya melewati serangkaian tahapan pematangan, termasuk mendapatkan akses pembiayaan lain, sebelum akhirnya mencari akselerasi pertumbuhan melalui pasar modal.

“Masuk ke pasar modal itu istilahnya kalau dia sudah mature, kalau dia sudah benar-benar sudah established, sudah mapan. Sehingga, adanya pembiayaan di pasar modal membuat mereka bisa tumbuh, berkembang menjadi lebih baik, menjadi lebih besar,” kata Piter.

Dengan mendorong perusahaan yang matang untuk IPO, dana publik yang terhimpun di pasar modal akan lebih aman dan kualitas pasar modal secara keseluruhan akan meningkat. Piter menekankan yang perlu didorong saat ini bukanlah jumlah emiten BEI, melainkan kualitasnya.

Ia khawatir jika perusahaan yang belum matang dipaksakan melantai di bursa, sahamnya bisa saja mengalami lonjakan sesaat sebelum akhirnya anjlok dan dikenai suspensi. Hal ini tentu akan merugikan investor publik yang menaruh kepercayaan.

“Pada umumnya, perusahaan-perusahaan yang ke pasar modal itu adalah perusahaan-perusahaan yang sudah tumbuh dan major. Bukan perusahaan yang dikarbit, istilahnya,” ujarnya.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us