Laba STAA Tembus Rp656 M, Naik 56% di Tengah Ekspansi Hilirisasi

- STAA mencatat laba bersih Rp656 M, tumbuh 56% dari tahun sebelumnya.
- Pendapatan perusahaan tumbuh 33,2% menjadi Rp3,59 triliun dengan EBITDA sebesar Rp1,14 triliun.
- Total produksi TBS meningkat 4,8%, sementara neraca keuangan tetap kokoh dengan total asset Rp8,35 triliun.
Jakarta, FORTUNE - Emiten perkebunan dan pengolahan kelapa sawit, PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) mencatat pertumbuhan kinerja signifikan sepanjang paruh pertama 2025.
Kevin Wijaya, Head of Investor Relations STAA mengungkapkan, meski sepanjang enam bulan tahun ini terdapat tantangan eksternal dan fluktuasi pasar global, namun STTA mampu membukukan laba sebesar Rp760,64 miliar, tumbuh 56,7 persen secara tahunan (YoY).
Hasil ini pun mendorong laba beraih perusahaan mencapai Rp656,73 miliar, naik 55,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
"Capaian ini menandai keberhasilan STAA dalam mengonversi ekspansi operasional menjadi kinerja keuangan yang berkelanjutan dan memperkuat posisi STAA sebagai pemain industri yang tangguh dan adaptif," ujar dia melalui keterangan resmi, Rabu (23/7).
Perusahaan juga terus menjaga harga jual dan meningkatkan volume penjualan untuk menyokong kinerja. STAA mencatat pendapatan Rp3,59 triliun, tumbuh 33,2 persen secara tahunan, yang mana seluruh segmen utama yakni CPO, PK, dan CPKO mencatatkan pertumbuhan yang positif selama periode ini.
STAA juga mencatatkan EBITDA sebesar Rp1,14 triliun. Menurutnya, margin EBITDA ini tetap sehat berkat efisiensi biaya dan optimalisasi proses produksi.
Dari sisi operasional, perseroam mencatatkan total produksi Tandan Buah Segar (TBS) pada kuartal kedua mencapai 275.248 ton, meningkat 4,8 persen YoY, dengan kontribusi kebun inti meningkat 4,4 persen dan plasma 9,2 persen.
Pada periode kedua ini terjadi peningkatan yield per hektar yakni 4,5 persen untuk kebun inti, dan 4,4 persen untuk plasma.
"Ini mengindikasikan efektivitas penerapan praktik agronomi berkelanjutan, adaptasi iklim, dan keberhasilan program peremajaan tanaman," kata Kevin.
Dari sisi neraca keuangan, perseroan total asset mencapai Rp8,35 triliun, naik dari Rp8,08 triliun di akhir 2024. Sementara ekuitas naik tipis dari Rp5,90 triliun pada akhir tahun lalu menjadi Rp 5,96 triliun. Di sisi lain Rasio leverage tercatat masih sehat dengan Debt-to-Asset 0,29 dan Debt-to-Equity 0,40.
Untuk memperkuat rantai nilai, Kevin membeberkan STAA secara resmi memulai operasional pabrik refinery barunya pada Juli 2025. Fasilitas hilir ini memperluas kapabilitas perusahaan dalam memproduksi produk derivatif kelapa sawit bernilai tambah tinggi secara mandiri. Inisiatif ini diproyeksikan tidak hanya memperkuat margin profitabilitas, tetapi juga membuka akses pasar yang lebih luas—terutama pada segmen ekspor dan produk turunan.
"Dengan dukungan fasilitas hilir yang baru dan struktur keuangan yang solid, kami optimistis STAA mampu memaksimalkan peluang pasar dan terus menciptakan nilai jangka panjang bagi pemegang saham dan seluruh pemangku kepentingan," kata dia.