Manajemen Smartfren Respons Kabar Raksasa Alibaba Jadi Pemegang Saham
Smartfren membidik kolaborasi dengan perusahaan global.
Jakarta, FORTUNE – Manajemen PT Smartfren Telecom Tbk menyingkap teka-teki mengenai masuk atau tidaknya raksasa e-commerce Alibaba ke dalam jajaran penanam modalnya.
Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Corporate Secretary Smarfren Telecom, James Wewengkang, memberikan tanggapan terhadap pemberitaan Deal Street Asia bertajuk China's Alibaba is said to Invest over $100m in Sinar Mas Group's Smartfren Telecom, Selasa (26/7).
Menurutnya, perseroan mendapat informasi bahwa pemegang saham, yaitu PT Dian Swastatika Sentosa Tbk, menjual sahamnya kepada pihak ketiga. Namun, dia tidak mengungkap siapa yang dimaksud dengan pihak ketiga tersebut.
Dalam keterangan terpisah, Sekretaris Perusahaan Dian Swastatika Sentosa, Susan Chandra, menyatakan perusahaan telah melepas 19,60 miliar saham seharga Rp77 per unit. Dengan begitu, total transaksi penjualannya mencapai Rp1.51 triliun. Namun, pihak pembelinya tidak disebutkan.
Usai transaksi, Dian Swastatika Sentosa mengenggam 52,99 miliar saham atau setara dengan 17 persen kepemilikan saham Smarfren dari yang tadinya 23 persen. “Tujuan dari transaksi adalah kolaborasi bisnis,” begitu pernyataan manajemen Dian Swastastika Sentosa.
Menurut laporan Nikkei Asia yang mengutip Deal Street Asia, Alibaba dikabarkan akan berinvestasi ke operator telekomunikasi Smartfren Telecom, entitas bagian dari grup Sinar Mas. Kesepakatan investasinya dilaporkan bernilai US$100 juta atau setara Rp1,5 triliun.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BI), saham Smartfren kini bernilai Rp98 per saham, atau naik 12,64 persen dalam sepekan terakhir. Sejak awal tahun (year-to-date/ytd) harga saham perusahaan telekomunikasi ini tumbuh 7,69 persen.
Kolaborasi bisnis
Keterbukaan informasi itu juga menunjukkan fokus Smartfren pada pengembangan layanan digital. James mengatakan perseroan akan terus mencari kesempatan untuk berkolaborasi dengan penyedia jasa lokal maupun global.
“Perseroan mengharapkan bahwa melalui strategi tersebut, kinerja perseroan akan dapat terus ditingkatkan ke depannya,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, James mengatakan tidak ada informasi atau kejadian penting lainnya yang material dan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan serta dapat mempengaruhi harga saham perusahaan yang belum disampaikan kepada publik.
Alibaba telah hadir di Indonesia melalui PT Akulaku Silvrr Indonesia, bagian dari e-commerce dan keuangan digital Akulaku Group. Akulaku mengendalikan 25,66 persen dari pemberi pinjaman digital Indonesia Bank Neo Commerce.
Menanggapi potensi investasi Alibaba ke Smartfren, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda, mengatakan kesepakatan itu memberi sinyal positif dalam konteks pengembangan 5G secara keseluruhan di negara ini.
“Bagi Smartfren tentu saja ini aliran dana yang cukup untuk bisa bersaing dengan operator telekomunikasi lain, Telkomsel dan Indosat, yang sudah lebih dulu mengembangkan 5G. Alibaba sendiri merupakan perusahaan teknologi besar di pasar global," ujar Nailul.
Pasar telekomunikasi Indonesia mencakup tiga pemain utama: Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat Ooredoo. Pada 2022, Indosat Ooredoo melakukan merger dengan Hutchison 3 Indonesia dalam kesepakatan bernilai US$6 miliar atau sekitar Rp89 triliun. Sedangkan, Axiata Group dan XL Axiata mengakuisisi Link Net milik Lippo dengan harga $590 juta atau lebih dari Rp8 triliun.