Riset: Bitcoin Terkonsentrasi di Segelintir Pemain, Ada Risikonya
Seribu investor diperkirakan menguasai 3 juta Bitcoin.
Jakarta, FORTUNE - Popularitas Bitcoin tampaknya belum bisa mengubah pandangan bahwa kepemilikan koin digital itu masih terkonsentrasi di segelintir pemain.
Pernyataan itu merupakan hasil kesimpulan dari kajian National Bureau of Economic Research (NBER), yang dikutip Fortune.com, Rabu (27/10). Kajian ini mencoba untuk memetakan kepemilikan Bitcoin, mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar saat ini.
Sejak diperkenalkan pada 2009, Bitcoin kerap mengundang tanya, terutama terkait pemegang terbesarnya. Peta kepemilikan aset kripto ini sebenarnya sangat sulit dilacak. Sebab, banyak alamat besar yang acap kali tidak mewakili individu, tetapi merepresentasikan bursa dan entitas lain sebagai perantara.
Meski begitu, studi NBER berhasil melakukan pemetaan dengan membedakan alamat milik perantara dengan invidu. Hasilnya, ditemukan bahwa tahun lalu perantara Bitcoin mengendalikan sekitar 5,5 juta Bitcoin. Sedangkan, investor individu mengendalikan sekitar 8,5 juta Bitcoin.
“Kami tidak dapat mengesampingkan bahwa beberapa alamat terbesar dikendalikan oleh entitas yang sama,” kata peneliti riset tersebut, Igor Makarov dan Antoinette Schoar.
Peneliti juga memberikan disclaimer bahwa data risetnya tidak menetapkan 20.000 Bitcoin awal milik sang penemu, yakni pseudonim Satoshi Nakamoto. Mereka menganggap bahwa puluhan ribu ini dipunyai oleh berbagai individu yang berbeda.
Seribu investor mengendalikan 3 juta BTC
Studi yang sama juga menyebut 10.000 investor individu teratas mengendalikan sekitar sepertiga jumlah aset kripto yang beredar. Bahkan, 1.000 di antaranya menguasai sekurang-kurangnya tiga juta Bitcoin. Ini mengindikasikan konsentrasi lebih besar.
Ternyata, konsentrasi juga terjadi di sisi penambang. Menurut NBER, sekitar 10 persen penambang teratas mengontrol 90 persen kapasitas penambangan Bitcoin. Dari jumlah itu, hanya 0,1 persen (sekitar 50 penambang) mengendalikan 50 persen kapasitas penambangan.
“Hasil kami menunjukkan bahwa terlepas dari perhatian signifikan yang telah diterima Bitcoin selama beberapa tahun terakhir, ekosistem Bitcoin masih didominasi oleh pemain besar dan terkonsentrasi, baik itu penambang besar, pemegang Bitcoin, atau bursa,” demikian pernyataan peneliti.
Konsentrasi ini dikhawatirkan rentan terhadap risiko sistemik. Di saat bersamaan, tersirat pula bahwa sebagian besar keuntungan dari adopsi aset kripto cenderung jatuh secara tidak proporsional ke sebagian kecil peserta.
Jaringan Bitcoin pun dikhawatirkan rentan terhadap serangan. Pasalnya, sekelompok penambang memiliki potensi untuk melakukan kongkalikong dalam mengontrol sebagian besar jaringan.
Berdasarkan data coinmarketcap.com, Bitcoin merupakan mata uang kripto dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar mencapai US$1,14 triliun. Kapitalisasi itu lebih tinggi dari aset kripto lain seperti Ethereum (US$501,09 miliar), Binance Coin (US$80,75 miliar), dan Cardano (US$71,17 miliar).
Data yang sama menyebut, Bitcoin juga memimpin pasar kripto dengan pangsa 44,26 persen. Jumlah aset yang beredar mencapai 18,8 juta poin dan maksimal pasokannya sebesar 21 juta aset.
Saat ini, harga BTC lebih dari US$60.000, meningkat hampir lima kali lipat dari posisi periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya US$13.000-an.
Respons pemain
Chief Executive Officer (CEO) platform jual-beli aset kripto Indodax, Oscar Darmawan, mengatakan cukup sependapat dengan hasil riset tersebut. Sebab, persebaran Bitcoin di dunia nyatanya masih belum merata. Selain itu, jumlah yang masih dapat ditambang pun terbatas.
“Berdasarkan hukum penawaran dań permintaan, hal itulah yang membuat harga Bitcoin semakin ke sini semakin tinggi. Penawaran Bitcoin terbatas sementara makin ke sini kripto semakin merajalela dan banyak orang yang sudah melek kripto,” kata Oscar kepada Fortune Indonesia, Rabu (27/10).
Terlebih, lanjut Oscar, mayoritas orang yang sudah terjun investasi di aset kripto pasti memiliki Bitcoin. Sebab, Bitcoin, meminjam istilahnya, ialah kakek dari aset mata uang kripto.
Pada saat sama, jumlah Bitcoin yang beredar dibatasi hingga 21 juta keping. Sedangkan, yang telah berhasil ditambang mencapai sekitar 18,8 juta Bitcoin. “Artinya tinggal 2,1 jutaan Bitcoin lagi yang masih bisa di-mining,” ujarnya.