XL Axiata Raup Laba Rp1,3 Triliun pada 2021, Melejit Hampir 3 X Lipat
XL Axiata menargetkan sejumlah peluang bisnis pada 2022.
Jakarta, FORTUNE – PT XL Axiata Tbk berhasil membukukan laba Rp1,29 triliun pada 2021, atau meningkat 246,6 persen dari Rp371,59 miliar pada tahun sebelumnya.
“XL Axiata berhasil melalui 2021 yang penuh tantangan dengan baik. Meskipun kompetisi di industri tetap sangat ketat, dan daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih sebagai dampak dari pandemi Covid-19, perseroan mampu menjaga performa keuangan,” kata Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini, dalam keterangan kepada media, Senin (21/2).
Laba XL Axiata tersebut bahkan melebihi pencapaian pada era sebelum pandemi COVID-19. Pada 2019, keuntungan perusahaan tersebut hanya Rp712,58 miliar.
Pendapatan XL Axiata naik 2,9 persen menjadi Rp26,75 triliun, dan pendapatan utamanya dari data melaju 6,1 persen menjadi Rp22,69 triliun. Namun, pendapatan non-data terkoreksi 25,2 persen menjadi Rp2,11 triliun.
Menurut Dian, trafik data XL Axiata naik hingga 34 persen menjadi 6.549 petabyte. Kondisi itu menurutnya juga selaras dengan kecepatan akses internet yang meningkat 20 persen sejak awal tahun.
Realisasi belanja modal
XL Axiata telah merealisasikan belanja modal Rp9,2 triliun setahun, atau naik 61,2 persen, kata Dian. Peningkatan tersebut demi meningkatkan digitalisasi agar pengalaman pelanggan mengalami peningkatan.
"Fokus kami bukan untuk merespons persaingan tarif layanan, tetapi lebih pada memberikan customer experience terbaik dan menciptakan nilai bagi pelanggan kami," katanya.
Menurutnya, konsolidasi dalam industri akan berdampak positif bagi persaingan karena telah menciptakan struktur yang lebih seimbang. Hingga akhir 2021, total jumlah BTS XL Axiata mencapai lebih dari 162.282 unit, dengan BTS 4G meningkat menjadi 77.204. Sementara itu, fiberisasi telah mencakup lebih dari 50 persen site. Area yang terlayani jaringan 4G juga bertambah menjadi 458 kota/kabupaten.
Akuisisi Link Net
XL Axiata dan Axiata Group Berhad (Axiata) resmi mengakuisisi sebagian saham PT Link Net Tbk, penyedia jasa internet dan televisi kabel, Kamis (27/1).
Mereka mengambil 66,03 persen saham dengan hak suara yang disetor penuh dalam Link Net yang dimiliki oleh Asia Link Dewa Pte Ltd dan PT First Media Tbk. Harga pembelian yang disepakati Rp4.800 per saham pada Link Net, dan membuat totalnya Rp8,72 triliun.
Menurut Dian, perseroan berusaha memperkenalkan layanan konvergensi sekaligus meningkatkan manfaatnya. Hasilnya, penetrasi layanan konvergensi ini telah mencapai 11 persen, yang berarti menunjukkan kuatnya permintaan atas produk ini.
Dia menambahkan. akuisisi Linknet tersebut akan sangat mendukung pengembangan produk konvergensi ini di masa mendatang.
Optimisme peluang 2022
Dian menambahkan, ada sejumlah peluang positif dalam industri telekomunikasi dalam negeri yang bisa dimanfaatkan perseoran untuk menyokong kinerjanya nanti. Pemulihan yang diprediksi semakin membaik seiring meredanya pandemi COVID-19 menyiratkan perekonomian siap pulih.
Lalu, budaya kerja digital, termasuk di lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari masyarakat, akan menciptakan permintaan jangka panjang struktural untuk data.
Selanjutnya, potensi peningkatan permintaan layanan fixed broadband karena sistem bekerja dari luar kantor (work from home/WfH). Itu belum termasuk proses layanan konvergensi.
“Secara bisnis, layanan konvergensi juga akan meminimalkan tingkat churn serta meningkatkan loyalitas pelanggan,” katanya.