Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pasar Kripto Terapresiasi Pasca Rilis Data Inflasi CPI AS Juli 2025

konsep zero-sum game dalam Bitcoin.png
Ilustrasi Bitcoin (unplash.com/CardMapr.nl)
Intinya sih...
  • Pasar kripto menguat setelah data inflasi AS Juli 2025 dirilis.
  • Bitcoin naik dari US$118.000 ke US$119.000 per koin, sementara altcoin seperti ethereum, solana, dan Chainlink juga mengalami kenaikan signifikan.
  • Data inflasi CPI AS masih tumbuh 2,7 persen, di bawah perkiraan pasar 2,8 persen, memicu ekspektasi The Federal Reserve untuk memangkas suku bunga.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Pasar kripto menguat pasca pengumuman data inflasi Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat (AS) perioe Juli 2025. Bitcoin (BTC) bergerak naik dari level US$118.000 ke US$119.000 per koin.

Beberapa altcoin pun membukukan kenaikan signifikan, seperti ethereum (ETH) naik 7 persen lebih menyentuh level harga US$4.600 per koin. Sementara solana (SOL), dan Chainlink (LINK), masing-masing naik lebih dari 12 persen dalam 24 jam terakhir.

Fahmi Almuttaqin, Analyst Reku, menjelaskan bahwa data inflasi CPI masih mengalami pertumbuhan 2,7 persen. Namun pertumbuhan ini dibawah perkiraan pasar yakni sebesar 2,8 persen.

Sementara core CPI alias inflasi inti yang tidak memasukkan komponen pangan dan energi naik 3,1 persen YoY, sedikit di atas ekspektasi 3,0 persen. Ini juga meningkat dibandingkan periode Juni 2,9 persen, menandakan tekanan inflasi inti yang masih cukup persisten.

Dengan hasil yang beragam ini memicu ekspektasi bahwa The Federal Reserve dapat memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Bagi aset berisiko seperti kripto, sinyal pelonggaran moneter menjadi kabar baik. Meski dmikian volatilitas tetap perlu diwaspadai menjelang pertemuan Jackson Hole dan FOMC September.

Jika pelonggaran dimulai, lonjakan likuiditas ke pasar berisiko tinggi berpotensi terjadi, mendorong minat investor untuk kembali masuk ke aset berisiko. Namun, inflasi inti yang masih tinggi dapat membuat The Fed menahan langkah pelonggaran apabila data inflasi berikutnya tak menunjukkan perbaikan.

"Kondisi ini mencerminkan sentimen dan keyakinan para pelaku pasar bahwa meskipun inflasi inti belum turun sesuai harapan, kenaikan inflasi secara keseluruhan yang lebih rendah dari perkiraan akan memberi ruang bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter pada pertemuan berikutnya," ujarnya dalam keterangan tertulis kepada Fortune Indonesia, Kamis (13/8).

Di tengah dinamika ini, investor disarankan tetap menyesuaikan portofolio sesuai profil risiko untuk menentukan porsi alokasi yang tepat dan pemilihan aset atau sektor yang sesuai dengan preferensi.

Share
Topics
Editorial Team
Ekarina .
EditorEkarina .
Follow Us