Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pendapatan Turun, Laba Bersih Intiland (DILD) Tergerus 96,58 Persen

Gedung Intiland Tower, jakarta.
Gedung Intiland Tower, jakarta. (dok. Intiland)
Intinya sih...
  • Pendapatan usaha PT Intiland Development Tbk turun 10,80 persen menjadi Rp1,21 triliun pada semester I-2025.
  • Laba bersih Intiland (DILD) tergerus hingga 96,58 persen, dengan laba per saham susut menjadi Rp1,21 dari Rp35,39.
  • Meski demikian, penjualan pra-penjualan (marketing sales) meningkat 29,6 persen menjadi Rp673,4 miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Jakarta, FORTUNE - PT Intiland Development Tbk (DILD) membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp12,56 miliar pada semester I-2025. Angka ini anjlok 96,58 persen dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp366,85 miliar.

Penurunan drastis ini terjadi meskipun segmen kawasan industri menunjukkan pertumbuhan signifikan dan menjadi penopang utama kinerja perusahaan pada 2025. Di sisi lain, perseroan juga mencatatkan pertumbuhan pra-penjualan (marketing sales) positif.

Secara keseluruhan, pendapatan usaha perseroan mencapai Rp1,21 triliun sepanjang paruh pertama 2025, atau turun 10,80 persen dari Rp1,36 triliun secara tahunan (year-on-year/YoY). Pendapatan ini terdiri dari development income sebesar Rp772 miliar (63 persen) dan recurring income Rp444 miliar (37 persen).

Penopang utama kinerja datang dari segmen pengembangan kawasan industri yang tumbuh positif dengan kontribusi Rp394 miliar. Angka ini setara 51 persen dari total pendapatan pengembangan dan menyumbang 33 persen dari seluruh pendapatan usaha perseroan.

Direktur Utama Intiland, Archied Noto Pradono, menjelaskan kontribusi signifikan dari segmen ini menegaskan perannya sebagai penopang utama keuangan perusahaan.

"Pencapaian ini menegaskan kawasan industri sebagai penopang penting kinerja keuangan sepanjang paruh pertama tahun ini," ujar Archied melalui keterangan tertulis, Kamis (31/07).

Meski pendapatan turun, perseroan berhasil meningkatkan efisiensi. Beban pokok penjualan dan beban langsung berhasil ditekan 16,80 persen menjadi Rp791,34 miliar. Hal ini membuat laba kotor naik 3,03 persen menjadi Rp424,64 miliar. Laba usaha juga tumbuh menjadi Rp268,85 miliar dari Rp242,26 miliar.

Salah satu penyebab anjloknya laba bersih adalah ketiadaan pendapatan dari pos modifikasi arus kas dan liabilitas keuangan serta dividen pada semester I-2025. Sebagai perbandingan, pada semester I 2024 perseroan membukukan Rp421,69 miliar dari modifikasi arus kas dan Rp21,40 miliar dari dividen.

Dari sisi operasional, Intiland membukukan pra-penjualan (marketing sales) Rp673,4 miliar, tumbuh 29,6 persen dibandingkan dengan periode sama 2024.

Pencapaian pra-penjualan ini lagi-lagi ditopang oleh segmen kawasan industri yang meroket 249,3 persen (YoY) menjadi Rp447,4 miliar, atau setara 66 persen dari total marketing sales.

Menatap ke depan, Archied menegaskan segmen kawasan industri akan tetap menjadi pilar utama strategi pertumbuhan perusahaan.

"Permintaan terhadap lahan industri terus tumbuh secara konsisten, baik dari pelaku industri dalam negeri maupun investor asing. Hal ini menjadi sinyal positif bagi keberlanjutan pengembangan kawasan industri Perseroan ke depan," kata Archied.

Mengantisipasi tren ini, perseroan berencana mengembangkan kawasan industri baru di Jombang, Jawa Timur, yang ditargetkan dimulai pada akhir 2025. Saat ini, Intiland sedang mencari anchor tenant sebagai investor utama di kawasan tersebut.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us