Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Saham Bank Besar Kompak Turun, Apa Penyebabnya?

saham bank besar turun.png
Ilustrasi harga saham turun (unsplash.com/Hakan Nural)
Intinya sih...
  • Saham bank besar melemah signifikan. PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) mencatat penurunan paling tajam, yakni sebesar 7% ke level Rp2.790 per saham.
  • Penyebabnya antara lain aksi ambil untung, ketidakpastian global, dan sentimen negatif terhadap likuiditas dan suku bunga
  • Koreksi terjadi pada saham-saham bank konvensional berkapitalisasi besar dan bank digital

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah signifikan pada akhir sesi pertama perdagangan hari ini, Senin (2/6). IHSG terkoreksi sebesar 1,70% atau turun 121,63 poin, sehingga berada di posisi 7.054,18.

Tekanan ini hingga saham bank besar kompak turun disebabkan oleh pelemahan tajam pada saham-saham sektor perbankan. Aktivitas perdagangan tercatat cukup aktif dengan nilai transaksi mencapai Rp13,74 triliun, melibatkan 13,21 miliar saham dan 876.974 kali transaksi.

Namun, tingginya aktivitas ini belum mampu menopang indeks. Tekanan jual yang masif justru membuat kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia turun menjadi Rp12.256 triliun.

Lantas, apa saja faktor yang menyebabkan tekanan besar terhadap saham-saham perbankan hari ini?

Saham perbankan menjadi penekan utama IHSG

Mengacu pada data RTI Business dan Stockbit, pelemahan IHSG hari ini ditopang oleh koreksi serentak pada saham-saham bank besar. PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) mencatat penurunan paling tajam, sebesar 7% ke level Rp2.790 per saham.

Di sisi lain, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) melemah 4,25% ke posisi Rp5.075. Kemudian, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) turun 4,49% ke Rp4.250.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) terkoreksi 3,56% ke Rp4.330. Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) turun 3,98% ke Rp1.205 per saham.

Saham bank swasta besar pun tak luput dari tekanan. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mengalami penurunan sebesar 2,93% ke Rp9.125. Sedangkan, PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) melemah 1,97% ke level Rp1.745 per saham.

Bank digital ikut terkoreksi

Koreksi juga terjadi pada saham-saham bank digital yang turut terkena imbas sentimen negatif terhadap sektor perbankan. PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) turun 1,35% ke Rp730. PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) melemah 3,31% ke Rp234. Lalu, PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) turun 2,99% ke Rp162 per saham.

Tekanan meluas di seluruh subsektor perbankan ini menunjukkan bahwa pelaku pasar sedang bersikap hati-hati terhadap prospek industri keuangan, setidaknya dalam jangka pendek.

Apa penyebab saham bank besar melemah?

Ada sejumlah faktor yang menjadi pemicu koreksi tajam saham-saham bank hari ini. Berikut beberapa di antaranya:

1. Aksi ambil untung setelah penguatan sebelumnya

Dalam beberapa bulan terakhir, saham-saham bank besar mengalami tren penguatan seiring kinerja positif dan sentimen pasar yang membaik. Namun, saat harga mencapai level jenuh beli (overbought), investor cenderung merealisasikan keuntungan.

Momentum awal bulan juga kerap dimanfaatkan pelaku pasar untuk melakukan reposisi portofolio. Sebagai contoh, koreksi signifikan pada BRIS (7%) dan BBRI (4,49%) mengindikasikan adanya aksi jual besar-besaran sebagai bagian dari strategi profit taking.

2. Ketidakpastian global, khususnya dari Amerika Serikat

Dinamika geopolitik dan ekonomi global turut berperan menekan pasar. Salah satu isu yang mencuat adalah putusan Pengadilan Perdagangan Internasional AS yang menyatakan sebagian tarif impor era Trump tidak sah.

Hal ini memunculkan spekulasi tentang potensi kebijakan dagang baru jika Trump kembali menjabat. Kepemimpinan Trump bisa berdampak negatif terhadap stabilitas pasar global. Sektor perbankan yang sangat sensitif terhadap sentimen makroekonomi menjadi salah satu sektor yang paling cepat merespons ketidakpastian ini.

3. Sentimen negatif terhadap likuiditas dan suku bunga

Dari sisi domestik, kekhawatiran terhadap likuiditas turut menjadi perhatian pelaku pasar. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyatakan akan menyesuaikan kembali tingkat bunga simpanan yang dijamin. Langkah ini bisa mengubah preferensi nasabah dalam menempatkan dana serta memengaruhi struktur pendanaan perbankan.

Selain itu, ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebagai respons terhadap tekanan inflasi juga membayangi sektor ini. Suku bunga yang lebih tinggi dapat menekan margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) perbankan dan berdampak langsung terhadap profitabilitas.

Pelemahan IHSG pada awal pekan ini didorong terutama oleh koreksi di sektor perbankan, baik bank konvensional berkapitalisasi besar maupun bank digital. Meski demikian, pasar saham tetap menunjukkan aktivitas yang tinggi serta mencerminkan minat pelaku pasar masih kuat meski dalam tekanan.

Sentimen global dan kebijakan luar negeri masih akan menjadi faktor penentu pergerakan pasar dalam waktu dekat. Investor disarankan untuk terus memantau perkembangan ekonomi domestik dan global, serta mempertimbangkan portofolio secara menyeluruh agar tetap optimal dalam menghadapi gejolak pasar.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ana Widiawati
EditorAna Widiawati
Follow Us