Anak Usaha Indofood Terbitkan Global Bond Rp14,2 T
Untuk membayar retensi terutang yang jatuh tempo April 2022.
Jakarta, FORTUNE - PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) memutuskan untuk menerbitkan dua obligasi global (global bond) di Singapore Exchange Securities Trading Limited (SGX-ST). Total nilainya mencapai US$1 miliar, setara Rp14,2 triliun.
Ada 9 penjamin emisi penerbitan obligasi global ICBP, yakni Deutsche Bank AG cabang Singapura, UBS AG Cabang Singapura, BNI Securities Private Limited, DBS Bank Limited, Mandiri Securities Private Limited, Mizuho Securities (Singapura) Private Limited, Natixis cabang Singapura, Oversea-Chinese Banking Corporation Limited, dan SMBC Nikko Securities (Hong Kong) Limited.
Peringkat Surat Utang Global ICBP
Moody’s Investors Service dan Fitch Ratings—lembaga pemeringkat internasional independen—masing-masing memberi peringkat Baa3 dan BBB- terhadap obligasi global yang diterbitkan oleh ICBP pada Rabu (27/10). Informasi itu dimuat dalam keterbukaan informasi perseroan di situs Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Kamis (28/10).
Proses penerbitan kedua seri obligasi itu takkan berdampak terhadap kondisi keuangan perseroan. “Karena tak terdapat penambahan jumlah total utang bersih,” kata manajemen.
Nilai Transaksi Tiap Seri Obligasi Global ICBP
Obligasi global perseroan terdiri dari obligasi global 2032 dan obligasi global 2052. Kedua seri surat utang itu memiliki nilai transaksi, tingkat suku bunga tetap, serta jatuh tempo berbeda. Berikut perinciannya:
- Obligasi global 2032
Nilai transaksi: US$600 juta.
Tingkat suku bunga tetap: 3,541 persen.
Jatuh tempo: 27 April 2032 (10,5 tahun sejak penerbitan).
- Obligasi global 2052
Nilai transaksi: US$400 juta.
Tingkat suku bunga tetap: 4,805 persen.
Jatuh tempo: 27 April 2052 (30,5 tahun sejak penerbitan).
“Setiap seri tak dijamin agunan khusus berupa benda, pendapatan, atau aktiva lain perseroan dalam bentuk apa pun,” tulis manajemen ICBP.
Penggunaan Dana Penerbitan Obligasi Global ICBP
Seluruh dana dari penerbitan obligasi global akan digunakan untuk membayar jumlah retensi terutang dalam Perjanjian Pinehill. Sebagai informasi, jumlah maksimal retensi terutang itu US$650 juta dan akan jatuh tempo pada akhir April 2022.
Selain itu, manajemen menambahkan, “(dana juga akan dipakai untuk) membiayai keperluan umum perusahaan.”