Dua Saham Blue Chip Ini Ikut Tuai Berkah Harga Emas
Harga emas sempat sentuh rekor tertinggi pekan ini.
Fortune Recap
- Harga emas dunia mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah setelah The Fed mengisyaratkan potensi penurunan suku bunga acuan.
- Pasar emas berjangka masih bullish meskipun pertumbuhan pasar fisik diprediksi melambat.
- Saham emiten pertambangan emas seperti ANTM dan MDKA naik, dengan proyeksi harga yang positif dari beberapa tim riset sekuritas.
Jakarta, FORTUNE - Harga Emas dunia baru mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah setelah The Fed mengisyaratkan potensi penurunan suku bunga acuan dan pernyataan Menteri Israel. Lantas, bagaimana prospek saham emiten terkait emas, khususnya yang blue chip?
Harga emas dunia sempat menyentuh US$2.222,42 per troy ons di awal sesi Kamis (21/3) waktu Amerika Serikat, sebelum akhirnya ditutup menurun 0,3 persen di harga US$2.180,49 per troy ons di akhir sesi.
Mengapa demikian? “[Sentimen] pembelian agresif pada Kamis malam tampaknya sudah mulai berhenti dan harga emas terkoreksi, mengingat pasar suku bunga hanya sedikit mengabaikan risiko penurunan suku bunga lanjutan pada 2024,” kata Commodity Strategist TD Securities, Daniel Ghali, sebagaimana dilansir dari Reuters, Jumat.
Pada Jumat (22/3), harga emas sempat menguat 0,68 persen ke level US$2.204 per troy ons. Lalu pada pukul 13.24 WIB WIB atau 02.24 waktu AS, harga emas berjangka kontrak April 2024 menurun 0,39 persen ke harga US$2.176,10 per troy ons.
Kendati demikian, analis menilai pasar emas berjangka masih bullish. Kebalikan dari segmen pasar fisik yang pertumbuhannya diprediksi melambat.
“Jadi hedge funds para trader jangka pendek, atau pengikut tren lainnya memposisikan harga [emas berjangka] yang lebih tinggi dan menurut saya segmen ini yang menjadi pendorong,” ujar Analis Julius Baer, Carsten Menke.
Tim Riset Bank of America (BofA Research) juga masih memfavoritkan emas sebagai lindung nilai bagi para investor ekuitas di 2024.
Selain karena sinyal penurunan suku bunga The Fed sebanyak tiga kali di paruh kedua 2024, sentimen pendorong harga emas lainnya adalah Bank of Japan yang meningkatkan suku bunga. “Ini tonggak baru di pemerintahan Jepang saat ini,” kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi.
Lebih lanjut, pernyataan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir terkait seruan menyerbu Masjid Al-Aqsa selama 10 hari terakhir bulan ramadan. “Channel 13 Israel melaporkan, ‘Ben-Gvir menuntut penghapusan kebijakan terkenal di Israel dan mengizinkan mereka menyerbu Masjid Al-Aqsa selama 10 hari terakhir ramadan’,” demikian laporan Midle East Monitor.
“Ini yang akan membuat kericuhan cukup besar di dunia sehingga pernyataan itu menjadi pamor tersendiri bagi spekulan untuk kembali menginvestasikan dana di safe haven terutama di emas,” kata Ibrahim. “Kemungkinan bulan ini [Maret] harga emas tembus US$2,250 per troy ons.”
Dua saham emiten terkait emas yang tuai berkah
Kemarin, sejumlah saham emiten pertambangan emas ditutup menguat. Sebut saja PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) yang naik 2,41 persen ke harga Rp1.700; PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang menguat 6,19 persen ke harga Rp2.400; dan PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) dengan penguatan 3,53 persen ke harga Rp352. MDKA dan ANTM merupakan saham blue chip.
Adapun, Tim Riset Samuel Sekuritas bahkan mencatat, MDKA masuk dalam daftar pembelian bersih (net buy) asing tertinggi di pasar reguler kemarin, yakni sebesar Rp32 miliar.
BRI Danareksa Sekuritas menetapkan target harga Rp4.380 untuk MDKA. Dengan proyeksi rasio price to earning (P/E) dan price to book value (P/BV) masing-masing 78,5 kali dan 2,7 kali.
“Kami berpendapat berita positif mengenai RKAB (rencana kerja dan anggaran biaya) MDKA dan kejelasan mengenai proyek utama serta prospek produksi di 2024 dapat menjadi sentimen terhadap saham,” jelas Tim Riset BRI Danareksa Sekuritas, Erindra Krisnawan dan Wilastita Muthia Sofi, dikutip Jumat.
Mirae Asset Sekuritas Indonesia (MASI) menetapkan target harga Rp1.850 untuk ANTM, dengan proyeksi rasio P/E 1,4 kali dan P/BV 6,4 kali pada 2024.
Dari segi kinerja, MASI memproyeksikan pendapatan ANTM menurun 2-3 persen dari estimasi awalnya, Rp41, 7 triliun. Di sisi lain, EBITDA dan margin laba bersih diperkirakan mencapai sekitar 12 persen dan 9 persen. “Secara keseluruhan, kami mempertahankan proyeksi EBITDA dan laba bersih masing-masing Rp4,8 triliun dan Rp3,7 triliun,” kata Analis MASI, Rizkia Darmawan.