MARKET

Laba Semester I 2023 IATA Turun Saat Pendapatan Naik 20%, Mengapa?

Laba bersih IATA menyusut 15,4 persen di paruh I 2023.

Laba Semester I 2023 IATA Turun Saat Pendapatan Naik 20%, Mengapa?ilustrasi batu bara (Unsplash.com/Nikolay Kovalenko)
01 August 2023

Jakarta, FORTUNE - PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) mencatatkan pertumbuhan pendapatan 20,2 persen (YoY) dari US$83,6 juta pada paruh pertama 2022, menjadi US$100,5 juta pada periode serupa di tahun ini.

Tapi, laba bersih perseroan menyusut 15,4 persen (YoY) menjadi US$22,3 juta, dari US$25,3 juta pada tahun lalu. Bahkan, EBITDA bahkan tergerus dari US$47,2 juta menjadi US$28,6 juta, setara dengan margin EBITDA 28,4 persen.

Mengapa laba dan EBITDA perseroan menyusut walaupun pendapatan tetap bertumbuh? Berdasarkan laporan keuangan terbaru perseroan, itu akibat beban langsung yang membengkak dari US$25,2 juta menjadi US$41,1 juta. Hal itu karena biaya pengapalan yang melonjak 15,6 persen (YoY) dan harga bahan bakar solar yang melesat 24,9 persen (YoY) selama periode semester pertama 2023. Tak hanya itu, biaya royalti kepada pemerintah naik dari 3 persen jadi 8 persen.

Secara keseluruhan, aset IATA bertumbuh 20,9 persen (YoY) menjadi US$218,0 juta, dari sebelumnya US$180,3 juta. Jumlah liabilitas dan ekuitasnya juga naik masing-masing 11,3 persen dan 34,3 persen.

Produksi dan penjualan MNC Energy Investments

Di periode itu, IATA tercatat memproduksi 2,1 juta MT batu bara, naik 14,2 persen (YoY) atau sebanyak 264,4 ribu MT dari pada semester pertama 2022. Sementara dari segi penjualan, perseroan telah memasarkan 2,3 juta MT batu bara, tumbuh 29,2 persen (YoY).

Pada kuartal IV 2023, IATA akan memulai produksi dari IUP milik PT Arthaco Prima Energy (APE). Langkah persiapan sudah dilakukan untuk mengoperasikan tambang itu, di antaranya: penandatanganan perjanjian kerja sama dengan pemilik Hak Guna Usaha di tambang APE, pembebasan lahan, serta pembuatan jalan hauling dan pelabuhan.

Selain itu, IATA juga tengah mempercepat pembangunan Barge Loading Conveyor di jetty IUP milik PT Putra Muba Coal, yang harapannya selesai pada Agustus ini. Investasi conveyor berkapasitas 1.000 MT per jam itu akan semakin mendongkrak efisiensi waktu loading ke tongkang.

Adapun, IATA telah mengelola 8 IUP-Operasi Produksi di Musi Banyuasin, Sumatra Selatan. Secara agresif, perseroan juga menambah hasil produksi guna menjawab permintaan batu bara yang tinggi.

Laporan Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI) menyebut, kini IATA mempunyai cadangan batu bara sejumlah 386,6 juta MT yang berasal dari sekitar 20 persen area penambangan yang seluas 72.478 hektare.

Lebih lanjut, aktivitas eksplorasi pun masih berjalan secara bertahap di sisa area pertambangan sebesar 57.793 hektare. “IATA meyakini cadangan batu bara akan terus bertambah seiring dengan proses eksplorasi menunjukkan tambahan cadangan terbukti, setidaknya sebanyak 600 juta MT untuk semua IUP,” kata perseroan dalam keterangan resminya.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.