Laba Semen Baturaja Melesat 103% di 2022, Saham Naik 2%
Laba Semen Baturaja mencapai Rp94,82 miliar di 2022.
Jakarta, FORTUNE - PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) meraih laba bersih senilai Rp94,82 miliar pada 2022, meroket 103,04 persen (YoY) dari Rp46,70 miliar. Sahamnya terpantau menguat 2,07 persen di perdagangan Kamis (9/3) sesi pagi.
Melansir RTI Business, SMBR telah bergerak di kisaran Rp390 sampai dengan Rp402. Rata-rata harganya adalah Rp397,20. Adapun, volume transaksinya mencapai 2,84 juta saham, dengan nilai transaksi Rp1,13 miliar dan frekuensi perdagangan 727 kali. Kapitalisasi pasarnya sendiri mencapai Rp3,91 triliun.
Kenaikan harga saham SMBR terjadi seiring dengan penguatan IHSG sebesar 0,43 persen ke level 6.805,27 di sesi perdagangan I, setelah dibuka di level 6.776,37. Volume transaksi di pagi ini mencapai 12,16 triliun saham, dengan nilai transaksi Rp4,22 triliun dan frekuensi transaksi 690,78 kali.
Berdasarkan laporan keuangan tahunan 2022, laba per sahamnya naik dari Rp5 menjadi Rp10.
Detail kinerja Semen Baturaja sepanjang 2022
Sejalan dengan kenaikan laba bersih, pendapatan Semen Baturaja juga turut meningkat 7,42 persen (YoY) menjadi Rp1,88 triliun, dari sebelumnya Rp1,75 triliun.
Pertumbuhan itu ditopang oleh penjualan pada pihak ketiga. Itu termasuk penjualan semen kantong senilai Rp1,62 triliun, naik dari Rp1,56 triliun pada 2021. Disusul oleh penjualan semen curah yang juga bertumbuh dari Rp151,92 miliar menjadi Rp227,64 miliar dan penjualan white clay kepada PT Pupuk Sriwijaya sebesar Rp31,81 miliar.
Bersamaan dengan kenaikan pendapatan, beban pokok penjualan pun naik 6,46 persen (YoY) dari Rp975,52 miliar menjadi Rp1,03 triliun. Beban usahanya sendiri berjumlah Rp581,42 miliar.
Pendapatan berdasarkan wilayah
Secara geografis, pendapatan itu berasal dari penjualan semen senilai Rp1,84 triliun. Mayoritas penjualan semen berdasarkan pasar masih datang dari Sumatra Selatan dan Lampung, yang masing-masing menyumbang pendapatan Rp986,54 miliar dan Rp655,52 miliar. Itu merupakan pasar basis perseroan.
Sementara itu, pendapatan pasar non-basis berjumlah Rp206,01 miliar. Itu meliputi Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, dan Kalimantan.
Selain semen, pendapatan juga berasal dari penjualan white clay Rp31,81 miliar, penjualan mortar Rp781.000, serta jasa angkutan dan lainnya Rp1,86 miliar.