Pasar Menanti Data FDI Q4, IHSG Diproyeksi Melemah
Sentimen kinerja perbankan juga pengaruhu laju IHSG.
Fortune Recap
- IHSG melemah setelah ditutup turun 0,34 persen di level 7.232,64 pada Kamis (23/1).
- Proyeksi IHSG hari ini bergerak di antara level 7.195 dan 7.260 dengan saham pilihan ACES, ASII, INCO, ITMG, dan PGEO.
- Faktor internal seperti penurunan harga saham BBNI dan BBCA serta eksternal seperti kebijakan suku bunga BoJ mempengaruhi pergerakan IHSG.
Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan diperkirakan melemah pada Jumat (24/1), setelah ditutup turun 0,34 persen di level 7.232,64.
Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova mengatakan, Ihsg telah menembus di atas level 7.301, yang sebelumnya merupakan resisten Fibonacci. Itu untuk menandai peluang melanjutkan tren naik wave (iii) menuju 7.386 apabila IHSG masih berada di atas 7.176.
"Namun demikian, adanya penembusan di bawah 7.176 diperkirakan akan menjadi awal dari koreksi minor wave (iv)," kata Ivan dalam riset hariannya.
Adapun, level support IHSG berada di 7.176, 7.093, dan 6.977. Sementara level resistennya di 7.386, 7.443, dan 7.530. Indikator MACD menunjukkan adanya momentum bullish.
Binaartha Sekuritas memproyeksikan IHSG hari ini bergerak di antara level 7.195 dan 7.260. Daftar saham pilihan mereka hari ini, terdiri dari: ACES, ASII, INCO, ITMG, dan PGEO.
Di samping Binaartha, Phintraco Sekuritas memperkirakan IHSG hari ini melaju di rentang support 7.200, pivot 7.250, dan resisten 7.300. Daftar saham yang mereka soroti hari ini, yakni: ACES, EXCL, ERAA, TOWR, dan MYOR.
IHSG bergerak sesuai perkiraan di Kamis (23/1), pullback pasca uji resisten di 7.300. Pergerakan IHSG tersebut terpengaruh oleh faktor profit taking, khususnya pada saham-saham bank.
Harga BBNI turun 2,96 persen di Kamis (23/1), menutup penguatan hari sebelumnya (22/1). Selanjutnya, BBCA membentuk pola gravestone doji, ditutup flat (0 persen) di Kamis (23/1). Pergerakan itu bersamaan dengan rilis pertumbuhan laba bersih BBCA sebesar 12,7 persen (YoY) ke Rp54,8 miliar di 2024.
"Kondisi ini mengindikasikan kecenderungan sell on news. Pasalnya, BBRI yang dijadwalkan baru merilis kinerja keuangan di pekan depan (30/1) justru menguat nyaris 1 persen," kata Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy K dalam risetnya.
Dari dalam negeri, pasar mengantisipasi data realisasi investasi, termasuk Foreign Direct Investment (FDI) di kuartal IV 2024. Pasar mengantisipasi realisasi investasi di 100 hari pertama kepemimpinan Prabowo-Gibran.
Dari eksternal, Bank of Japan (BoJ) diperkirakan menaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 0,50 persen pada hari ini (24/1). Kondisi tersebut berpotensi memicu aksi jual pada obligasi AS, mengingat investor Jepang merupakan salah satu pemilik terbesar obligasi AS. Salah satu dampaknya adalah potensi pelemahan USD Index, sehingga berpotensi memicu penguatan rupiah secara tidak langsung.