Pasar Tunggu Data Infasi AS, IHSG Diprediksi Naik Terbatas
Ada tiga sentimen positif bagi IHSG di pekan ini.
Jakarta, FORTUNE – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat pada Selasa (14/2), setelah ditutup naik 0,29 persen di harga Rp6.900,14 kemarin (13/2) sore.
Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova menyebut IHSG berpeluang menguji resisten di level 6.938 karena ditutup tipis di atas level 6.900. Adapun, level support IHSG berada di 6.807, 6.760, dan 6.712; sedangkan resistennya di 6.938, 6.968, dan 7.000. Indikator MACD menunjukkan kondisi netral.
Kendati berpotensi naik, Ivan memprediksi IHSG akan membentuk struktur koreksi beriutnya dari wave b untuk menguji kembali support 6.807. “Jika IHSG masih di bawah 6.938,” tulisnya dalam riset harian.
Senada, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana mengataan IHSG masih rawan terkoreksi untuk menguji area 6.712 sampai 6.800 selama belum mampu break resisten di 6.961. Peluang penguatannya pun terbatas, hanya akan berada di kisaran 6.930 sampai 6.940.
Level support IHSG menurut MNC Sekuritas berada di level 6.767 dan 6.693, sedangkan resistennya di 6.961 dan 7.053. Empat saham pilihannya, meliputi: BRIS, ITMG, JPFA, dan TLKM.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximiliamus Nico Demus juga memproyeksikan IHSG menguat terbatas di kisaran 6.857 sampai dengan 6.981. Saham-saham pilihannya, yakni: ITMG, ISAT, dan ASII.
Sentimen yang mempengaruhi IHSG
Untuk pekan ini, Indo Premier Sekuritas memprediksi pasar saham menguat berkat sentimen neraca perdagangan, tingkat suku bunga Bank Indonesia, dan inflasi Amerika Serikat.
Equity Analyst Indo Premier Sekuritas, Rifqi Satria Dinandra mengatakan konsensus memperkirakan neraca perdagangan Indonesia kembali surplus US$3,26 miliar pada Januari 2023. Setelah surplus US$3,89 miliar pada Desember 2022.
Tingkat suku bunga pada Januari lalu pun sudah dikerek naik 25 basis poin menjadi 5,75 persen. Pada Februari ini, konsensus analis memperkirakan BI akan mulai menahan tingkat suku bunga acuan.
Sementara dari pasar global, inflasi AS yang rilis pada 14 Februari waktu setempat diproyeksi menurun lagi ke level 6,2 persen dari level 6,5 persen. “Data inflasi AS menjadi salah saatu yang investor nantikan untuk memperkirakan arah kebijakan The Fed,” kata Rifqi.
Berkat sentimen-sentimen itu, Rifqi optimistis untuk pergerakan pasar pada pekan ini. Ia pun menyoroti sejumlah sektor dengan saham pilihan di masing-masing sektor, meliputi: sektor keuangan (BBRI, BBCA, BMRI, BBNI); cyclic (RALS); dan basic material (SMGR, INTP, dan MDKA).