Rights Issue Libatkan Investor Kakap, Bagaimana Prospek BBHI?
BBHI berpotensi jadi bank digital berekosistem terbesar.
Jakarta, FORTUNE - Rencana penambahan modal melalui rights issue PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) menarik banyak minat investor kelas kakap mulai dari Salim Group, Bukalapak, Grab, hingga Traveloka. Dengan sokongan nama ternama itu, bagaimana prospek saham bank milik taipan Chairul Tanjung tersebut?
Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus mengatakan, bank dengan kode saham BBHI itu merupakan salah satu pemain bank digital dengan prospek cukup cerah. Menurut Nico, perusahaan ini berpotensi menjadi cikal bakal bank digital dengan ekosistem terbesar saat ini, melihat dukungan modal dari nama-nama besar tersebut.
“Meski secara dampak, kita masih harus lihat apa yang akan direalisasikan oleh Allo Bank ini. Apakah hanya besar di investor atau bisa melakukan penetrasi ke dalam pasar?” katanya kepada Fortune Indonesia, Kamis (6/1) pagi.
Pergerakan Saham BBHI
Berdasarkan probabilitas, Pilarmas memperkirakan saham BBHI berpotensi 61 persen menuju harga Rp9.450. Bila level itu terlampaui, maka berpotensi naik ke level resisten Rp10.000 per saham atau ke posisi resisten baru di harga Rp11.900 per saham bila kembali naik.
Meski begitu, investor tetap perlu melihat sentimen lain tekait kinerja perusahaan ini. Bila BBHI terkoreksi lebih dari Rp6.250, itu mengindikasikan level penurunan.
Pada perdagangan sesi I, Kamis (6/1), saham BBHI terpantau berada di posisi Rp9.550, turun 1,55 persen dari harga di awal perdagangan, Rp9.800.
Daya Tarik BBHI
Saham Allo Bank dinilai menarik karena berambisi menciptakan ekosistem bisnis baru yang besar. Strategi ini pada akhirnya akan menyokong operasional bisnis perusahaan sebagai perbankan.
“Bicara bisnis bank bukan lagi hanya mengenai funding, melainkan juga lending. Dengan dukungan ekosistem sebesar itu (masuknya investor-investor raksasa), tentu bisnis lending-nya akan berjalan,” kata Nico.
Di sisi lain, Allo Bank juga dapat melengkapi ekosistem Bukalapak atau bahkan memperkuat pondasi bisnis sang e-commerce. Praktis, hal itu dapat menjadi tolak ukur baru bagi BUKA.
“Masuknya investor Bukalapak, Traveloka (ke Allo Bank) itu menjadi salah satu perhatian khusus bahwa pada akhirnya Bukalapak menyadari kalau ekosistemnya tidak sempurna.”
Rights Issue Allo Bank
Sebagai informasi, kini BBHI bersiap menambah modal melalui pemberian Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue. Emiten yang dikendalikan oleh PT Mega Corpora milik Chairul Tanjung itu akan menerbitkan 10.047.322.871 saham baru atau setara 46,24 persen dari total modal yang perusahaan setor. Dengan harga pelaksanaan HMETD Rp478 per saham, BBHI diperkirakan akan menghimpun RP4,80 triliun.
Bukalapak akan mengambil alih 2,49 miliar saham seharga Rp100 per saham alias sebesar 11,49 persen dari seluruh saham BBHI. Itu bila pemegang saham atau investor melaksanakan hak HMETD. Menurut VP Corporate Secretary Bukalapak, Perdana Aning, total harga pelaksanaan investasi di Allo Bank mencapai Rp1,19 triliun.
Sementara, Mega Corpora hanya akan melaksanakan sebagian rights issue-nya, yakni sekitar 2,71 miliar atau 30 persen dari total HMETD. Sisanya akan dialihkan kepada beberapa investor lain.
Investor lainnya adalah anak usaha salim Group, PT Indolife Investama Perkasa yang akan mengambil alih 1,30 miliar saham; Abadi Investments 1,52 miliar saham; PT CT Corpora 408,32 juta saham; H Holdings Inc 448,744 juta saham, dan Trusty Cars Pte.Ltd 150 juta saham.