RUPST Rampung, Ini Dewan Komisaris Baru BEI hingga 2028
Ada nama pemilik Plataran dan Direktur Mandiri Sekuritas.
Fortune Recap
- Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki Dewan Komisaris baru setelah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2024.
- Para pemegang saham BEI menyetujui nama-nama baru untuk menjadi Anggota Dewan Komisaris Masa Jabatan 2024–2028.
- BEI juga mengangkat agenda persetujuan penyisihan cadangan wajib perseroan pada 2023 dan mencatat laba bersih menurun 40,5 persen (YoY) menjadi Rp573,3 miliar pada 2023.
Jakarta, FORTUNE - Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi memiliki Dewan Komisaris baru, Rabu (26/6), seiring dengan selesainya Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2024 di gedung BEI.
Para pemegang saham BEI menyetujui pengangkatan dan penetapan honorarium bagi Anggota Dewan Komisaris Masa Jabatan 2024–2028, yang terdiri dari nama-nama berikut ini:
- Nurhaida, Komisaris Utama.
- Yozua Makes, Komisaris.
- Mohamad Oki Ramadhana, Komisaris.
- Karman Pamurahardjo, Komisaris.
- Lany Djuwita, Komisaris.
Adapun, Nurhaida adalah eks-petinggi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ia memulai karier di bidang pemerintahan saat bergabung ke Kementerian Keuangan pada 1989.
Lalu ada Yozua Makes, Co-Founder Plataran Indonesia, grup perhotelan, yang salah satunya terletak di Hutan Kota, GBK. Selain itu, ia pun merupakan Anggota Independen Dewan Pengawas Indonesia Investment Authority (INA), serta pendiri sebuah firma hukum: Makes & Partners. Pengalamannya terkait transaksi M&A sudah melebihi tiga dekade.
Kemudian, komisaris selanjutnya adalah M. Oki Ramadhana yang mulai menjabat sebagai Dirut Mandiri Sekuritas pada 6 September 2021. Ada pula Karman Pamurahargjo yang merupakan mantan Executive Director dan Head of Corporate Finance di PT Deloitte Konsultan Indonesia. Terakhir, Lany Djuwita Wong yang sempat didapuk menjadi Direktur Independen Saratoga Investama Sedaya pada 2018.
Selain penetapan nama komisaris baru, BEI juga mengangkat agenda persetujuan penyisihan cadangan wajib perseroan pada 2023. Besaran penyisihan dari laba bersih 2023 ke cadangan wajib adalah senilai Rp151,7 miliar. Dus, total cadangan wajib BEI mencapai Rp154,50 miliar atau 20 persen dari modal disetor perseroan per 31 Desember 2023, yakni Rp772,50 miliar.
Adapun, laba bersih Bursa Efek Indonesia menurun 40,5 persen (YoY) menjadi Rp573,3 miliar pada 2023 dibandingkan dengan 2022, sejalan dengan pendapatan yang melemah 14,1 persen (YoY).
Dikutip dari laporan keuangan 2023 yang sudah diaudit, BEI membukukan pendapatan sejumlah Rp2,5 triliun.
Sebesar Rp1,8 triliun merupakan pendapatan usaha terkait transaksi bursa, turun 23,0 persen (YoY). Angka tersebut berkontribusi 73,1 persen terhadap pendapatan. Segmen itu mencakup subsegmen jasa transaksi efek (-29,0 persen), jasa kliring (-29,0 persen), jasa pencatatan (5,0 persen), dan jasa informasi dan fasilitas lainnya (0,8 persen).
Lalu diikuti oleh pendapatan investasi senilai Rp279,7 miliar, melonjak 46,5 persen (YoY), dengan persentase kontribusi 11,2 persen terhadap pendapatan.
Segmen pendapatan lainnya, terdiri dari: pendapatan usaha non-transaksi bursa (7,7 persen kontribusi) dan pendapatan lainnya (8,0 persen).
Dari segi beban, jumlahnya berjumlah Rp1,8 triliun, naik 7,6 persen (YoY). Itu terdiri dari gaji dan tunjangan (30,7 persen), kontribusi tahunan OJK (11,0 persen), penyusutan aset tetap (7,3 persen), perbaikan dan pemeliharaan (6,2 persen), administrasi (6,2 persen), pengembangan pasar modal (5,1 persen), beban pokok penjualan (2,3 persen), amortisasi aset hak guna (2,1 persen), konsultan (0,7 persen), telekomunikasi (0,6 persen), kerugian kurs mata uang asing–bersih (0,2 persen), dan lain-lain (0,6 persen).