Tarif Cukai Mau Naik, Simak Prospek Emiten Rokok
Pemerintah targetkan penerimaan 2023 dari cukai naik.
Jakarta, FORTUNE - Saham dua emiten rokok berfluktuasi sepanjang 2022, khususnya di tengah berembusnya isu kenaikan biaya cukai rokok. Lantas, bagaimana prospek mereka ke depan?
Di perdagangan Senin (3/10) sesi pagi, saham PT H.M. Samporena Tbk (HMSP) tercatat melemah 1,10 persen ke level 900. Sementara itu, saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) naik tipis ke level 23.150.
Meski begitu, kedua saham emiten rokok itu sama-sama sempat terguncang di perdagangan tahun ini. HMSP misalnya, setelah mencapai level tertinggi di pertengahan tahun, sahamnya terpantau menunjukkan tren penurunan. Tingkat pelemahannya mencapai 8,16 persen per 3 Oktober siang.
Di sisi lain, harga GGRM mulai memasuki tren koreksi sejak Juli. Secara ytd, koreksinya sudah mencapai 24,53 persen pada periode serupa.
Lantas, bagaimana prospek para emiten produk tembakau itu di tengah isu meningkatnya tarif cukai hasil tembakau (CHT) tahun depan?
Prospek emiten rokok di tengah wacana kenaikan tarif cukai
Menurut analis, kabar kenaikan CHT tahun depan berpotensi jadi sentimen negatif bagi laju saham dan kinerja para emiten rokok. “Permenkeu tentang tarif cukai 2023 akan menentukan arah perusahaan rokok di Indonesia,” kata Analis BRI Danareksa Sekuritas, Natalia Sutanto, dalam risetnya.
Sebab, pemerintah telah mencabut subsidi BBM jenis Pertalite, sehingga berisiko mengerek naik inflasi dan menekan daya beli. Pada akhirnya, itu akan menjadi hambatan bagi volume penjualan rokok, juga mendorong emiten menyesuaikan rata-rata harga jual (average selling price/ASP) ke depan.
Ambil contoh HMSP, yang perlu meningkatkan ASP produk mulai dari 11,8 persen menjadi 13,9 persen (YoY) pada akhir 2022 guna mengatasi kenaikan tarif cukai 2022. “Berdasarkan pengamatan kami, perusahaan telah meningkatkan harga Sampoerna A-Mild 13 persen per Juli 2022,” ujar Natalia.
Hasilnya, ia memproyeksi margin kotor HMSP tahun ini akan lebih terlindungi, yakni senilai 15 persen. Selain berkat peningkatan ASP, itu juga didukung kontribusi lebih tinggi dari segmen SKT (Sigaret Kretek Tangan).
Volume penjualan HMSP juga naik 6,9 persen (YoY) per Juni 2022 berkat segmen di bawah tier-1. Pangsa pasarnya mencapai 27,8 persen, didukung peningkatan SKM (Sigaret Kretek Mesin). Ia pun memperkirakan kenaikan pertumbuhan volume penjualan sebesar 4,2 persen (YoY) tahun ini.
Tapi, Natalia memprediksi pendapatan dan laba bersih menurun masing-masing 9,7 persen dan 7 persen (YoY) akibat margin kotor yang lebih rendah.
Di sisi lain, volume penjualan GGRM pada paruh pertama 2022 justru menurun 8,1 persen (YoY) di tengah ketatnya persaingan. Kontributor penjualan terbesar, yakni segmen SKM FF (Full Flavor) terkoreksi 7,5 persen (YoY). Produk SKT Gudang Garam juga mencatatkan penurunan penjualan 2,3 persen (YoY).
Natalia menanti Permenkeu tentang tarif cukai 2023, serta peluang tarif itu meningkat dua digit. Itu didasari oleh angka dasar penyesuaian tarif cukai tahun depan ada di kisaran 8,7 persen hingga 9,7 persen; dengan inflasi sekitar 3,5 persen sampai dengan 4,5 persen dan pertumbuhan ekonomi 5,2 persen.
Di paruh pertama saja, beban cukai GGRM, PPN, dan pajak rokok lainnya naik 10 persen (YoY), 90 persen dari jumlah beban pokok penjualan. Itu berdampak negatif pada margin kotor, akibat tidak disertai kenaikan harga.
Perseroan meningkatkan harga ex-factory di beberapa produk utama pada awal September 2022. “Namun, kami memperkirakan GGRM perlu naikkan harga GG International 12s sebesar 2,8 persen lagi (Rp500 per bungkus) dan GG Surya 16s 7,7 persen lagi (Rp1.800 per pak) guna mengenakan cukai 2022,” jelasnya.
Menurut Direktur dan Sekretaris Gudang Garam, Heru Budiman, tidak mudah untuk mengembalikan volume penjualan yang hilang itu. Perseroan harus berhati-hati menjaga rata-rata harga jual, apalagi di tengah kenaikan BBM.
“Di sisi lain, kalau harga cukai masih naik lagi, saya tidak ada pilihan lagi selain menaikkan harga. Syukur-syukur kalau produsen rokok lain sekelas Gudang Garam mengikuti,” katanya dalam paparan publik pada 16 September.
Rencana kenaikan tarif cukai rokok
Melansir laman Komwasjak Kemenkeu, rata-rata kenaikan tarif CHT tahun ini dibanding tahun lalu mencapai 12 persen. Selain itu, pemerintah menargetkan pertumbuhan penerimaan cukai 9,5 persen (YoY) pada 2022.
Di sisi lain, mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023, pemerintah membidik penerimaan cukai Rp245,44 triliun, lebih tinggi 11,56 persen dari bidikan di Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2022. Itu setara 10 persen dari jumlah penerimaan APBN 2023.
Sebelumnya, Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa Direktorat Jenderal (Ditjen) Bea dan Cukai, Nirwala Dwi Heryanto, menyampaikan kehati-hatian pemerintah dalam menentukan tarif cukai rokok. “Kami tak tinggal diam melihat situasi perekonomian saat ini,” ujarnya seraya menyoroti dinamika global seperti perang Rusia-Ukraina, dikutip dari Antara.
Saat ini 90 persen pemasukan negara mengandalkan pajak dan cukai, tidak terkecuali CHT. Sebelum menaikkan tarif CHT, pemerintah memperhitungkan berbagai faktor, seperti kesehatan, industri dan tenaga kerja, pengawasan, serta penerimaan.