Transaksi Tumbuh, BEI Tambah 5 Saham Underlying Single Stock Futures

- BEI meluncurkan 5 saham underlying baru untuk Kontrak Berjangka Saham (KBS) atau Single Stock Futures (SSF).
- Penambahan underlying SSF dilakukan dengan mempertimbangkan tren dan dinamika pasar terkini, sektor konsumsi, pertambangan, dan energi.
- Transaksi SSF mencapai 2.175 kontrak atau sebesar Rp1,02 miliar hingga Juni 2025, tumbuh 19 persen dibandingkan jumlah kontrak pada 2024.
Jakarta, FORTUNE - Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi meluncurkan lima saham underlying baru untuk Kontrak Berjangka Saham (KBS) atau Single Stock Futures (SSF) yang berlaku efektif mulai Senin (14/7). Langkah ini diambil seiring capaian positif dan pertumbuhan signifikan minat investor terhadap instrumen derivatif ini.
Kelima saham baru yang ditambahkan, yang berasal dari sektor konsumsi, pertambangan, dan energi, adalah:
PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
PT Barito Pacific Tbk (BRPT)
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menjelaskan bahwa penambahan ini merupakan langkah strategis meningkatkan daya tarik dan likuiditas pasar modal. Pemilihan saham didasarkan pada tren dan dinamika pasar terkini, dengan sektor-sektor tersebut menunjukkan kinerja relatif positif.
“Dengan semakin luasnya pilihan produk derivatif, kami berharap investor memiliki lebih banyak alternatif instrumen investasi untuk menyesuaikan strategi investasinya,” ujar Jeffrey dalam keterangannya, dikutip Selasa (15/7).
Kehadiran lima saham baru ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan investor melakukan lindung nilai (hedging) dan optimalisasi keuntungan. Fitur SSF memungkinkan pemanfaatan leverage dan fleksibilitas transaksi dua arah (long atau short) dengan modal relatif tidak besar.
Langkah ekspansi ini didasari oleh data pertumbuhan kuat. Hingga Juni 2025, volume transaksi SSF mencapai 2.175 kontrak senilai Rp1,02 miliar, tumbuh 19 persen dibandingkan dengan 2024. Sejalan dengan itu, jumlah investor derivatif melonjak 142 persen menjadi 359 investor.
“Capaian ini mencerminkan meningkatnya minat dan kepercayaan investor terhadap instrumen derivatif, khususnya SSF, sebagai alternatif investasi yang potensial di pasar modal Indonesia,” kata Jeffrey.
Dengan penambahan ini, total terdapat 10 saham yang menjadi underlying SSF di BEI. SSF sendiri merupakan produk derivatif berupa kontrak untuk menjual atau membeli saham pada masa depan dengan harga yang telah ditentukan.