4 Pemicu Stres Saat Liburan dan Cara Mengatasinya

Ternyata liburan bisa juga menyebabkan stres.

4 Pemicu Stres Saat Liburan dan Cara Mengatasinya
Keindahan Pantai Senggigi (Unsplash/@tandyarachmat)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Meskipun Liburan seringkali diidentikkan dengan momentum untuk melepaskan Stres, meski nyatanya yang terjadi tak selalu sesuai harapan. Liburan juga bisa menimbulkan stres, bahkan membuat stres yang sudah ada, jadi lebih parah.

Menurut survei American Psychological Association (APA) pada tahun 2023, terdapat 89 persen warga Amerika Serikat yang mengaku stres saat liburan. Bahkan, 41 persen responden mengaku mengalami peningkatan stres selama liburan.

Aliansi Nasional Kesehatan Mental AS pada 2023 juga melaporkan ada 64 persen orang  menderita sakit mental dan justru memburuk saat liburan.

Tak sekadar menghilangkan stres, ternyata liburan juga bisa jadi penambah stres. Mengutip Psychology Today, berikut ini ulasan mengenai beberapa pemicu stres saat liburan dan cara mengatasinya, seperti yang dikemukakan oleh Doktor psikologi dari California Institute of Integral Studies, Michele DeMarco PhD, Rev.

1. Kewalahan

Kemegahan Marina Bay Sands (Unsplash/@huchenme)

Kewalahan saat berlibur terjadi mirip seperti halnya burnout ketika bekerja. Hal ini dapat terjadi ketika Anda menghadapi segala hal yang berat untuk ditangani, misalnya perencanaan liburan, atau kondisi menyetir dalam waktu lama. Bahayanya, kondisi ini dapat menyebabkan diri merasa panik, lemah, gangguan mental, sensitif, pelupa, sulit berkonsentrasi, menghambat tidur, dan sebagainya.

Adapun cara mengatasi kewalahan ini, antara lain:

  1. Identifikasi sumber utama kewalahan, dengan cara mempertanyakan diri sendiri tentang sumber penyebab rasa kewalahan tersebut.
  2. Tetapkan batasan pada diri, dapat dengan batasan waktu, tugas, atau beranikan diri untuk menolak sesuatu dan memilih untuk meminta bantuan orang lain.
  3. Kurangi rasa perfeksionisme dan lebih merasa cukup atas semuanya.
  4. Hilangkan prasangka atau asumsi yang membatasi diri.
  5. Berhenti berpikir tentang segala konsekuensi terburuk yang akan terjadi.
  6. Lakukan sesuatu yang baru dan buat diri lebih nyaman.
  7. Berhentilah untuk menilai diri sendiri terhadap orang lain dan berbuatlah apa adanya untuk mengatur perasaan, pikiran, dan tindakan diri sendiri.
  8. Cobalah membuat saran untuk diri sendiri atas masalah yang ada.
  9. Carilah komunitas yang dapat mendukung diri berkembang dan produktif.

2. Isolasi sosial dan kesepian

Dok. Andaz Bali

Isolasi sosial adalah kurangnya hubungan pribadi dan dukungan sosial yang membuat Anda merasa kesepian yang dapat menyebabkan diri tertekan.

Studi National Academies, Sciences, Engineering, Medicine AS tahun 2018, menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga orang dewasa berusia 45 tahun ke atas merasa kesepian, lalu seperempat orang berusia 65 tahun ke atas mengalami isolasi sosial.

Penelitian lain dari Cigna pada 2018 juga menunjukkan bahwa hampir setengah dari 20.000 masyarakat Amerika Serikat merasa kesepian, sementara 40 persen di antaranya mengaku terisolasi. Masalahnya, pada hari libur, angka ini meningkat.

Isolasi sosial dan kesepian dapat menyebabkan depresi, kecemasan, obesitas, bunuh diri, demensia, diabetes, gangguan tidur, penurunan kognitif, sampai kematian dini. Maka berikut ini cara mengatasi masalah tersebut:

  1. Carilah dukungan dengan menentukan jadwal bertemu dengan keluarga, teman, atau orang lain.
  2. Ikutilah kegiatan yang bermakna dan terarah seperti menjadi sukarelawan atau melakukan hobi dan mempelajari hal baru.
  3. Mengobrol dengan orang yang dipercayai untuk mendapatkan saran.
  4. Lakukan obrolan video call atau komunikasi lainnya untuk mendukung.
  5. Peliharalah hewan sebagai sumber kebahagiaan dan mengurangi stres.
  6. Tetap aktif bergerak secara fisik dengan berolahraga bersama teman.
  7. Mulai berkenalan dengan orang baru atau tetangga sekitar.
  8. Ikutilah organisasi agama untuk memperdalam spiritualitas diri.
  9. Ikuti program lembaga layanan sosial, pusat komunitas, atau perpustakaan umum.
  10. Bergabunglah komunitas tertentu yang memiliki tujuan sama dengan diri.

3. Depresi

Ilustrasi Perjalanan Wisata/Pixabay

Pemicu lain dari stres yang muncul saat liburan adalah depresi. Menurut studi APA tahun 2020, depresi mempengaruhi 1 dari 15 orang dewasa dalam hal negatif. Orang depresi akan sulit menjalani liburan karena dapat mengingat peristiwa-peristiwa masa lalu yang mungkin menyakitkan.

Gejala umum depresi adalah perubahan suasana hati, kekurangan energi, kehilangan minat dan kesenangan dalam kegiatan, perubahan nafsu makan, sulit tidur, kelelahan, putus asa, sedih, sulit konsentrasi, dan sebagainya. Sedangkan depresi pada waktu tertentu, seperti saat musim gugur dan musim dingin saja disebut sebagai Seasonal Affective Disorder (SAD).

Untuk mengontrol depresi saat liburan, berikut ini adalah beberapa caranya:

  1. Temuilah terapis atau ahli kesehatan apabila gejala yang timbul parah dan lama.
  2. Tetaplah aktif bergerak keluar rumah agar mengurangi depresi.
  3. Bagikan isi perasaan kepada orang yang dipercayai.
  4. Batasi waktu selama liburan dengan orang yang dapat memicu emosi negatif.
  5. Makanlah makanan yang sehat dan seimbang nutrisinya.
  6. Cobalah untuk menjaga jadwal tidur yang konsisten dan cukup.
  7. Bersikaplah realistis tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan.
  8. Dengarkan musik, menulis jurnal, atau membuat afirmasi positif.

4. Kesedihan

ilustrasi Tempat Wisata di Bandung (instagram.com/farmhouselembang)

Pemicu selanjutnya adalah kesedihan yang dapat dialami karena merasa kehilangan, penyesalan atas sesuatu, atau karena kecelakaan. Kesedihan biasanya mencerminkan tentang apa yang dicintai, hargai, dan sayangi sehingga bisa mencakup banyak hal. Gejala kesedihan ini bisa adanya tekanan fisiologis, kecemasan, kebingungan, kerinduan, takut dengan masa depan.

Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa sedih pada saat liburan:

  1. Jangan paksakan diri untuk liburan dan lakukan aktivitas lain yang membuat diri nyaman.
  2. Periksa diri sendiri tentang pikiran dan harapan yang realistis bagaimana liburan nantinya.
  3. Jujurlah dengan diri sendiri dengan bersikap baik untuk memproses emosi.
  4. Biarkan orang lain mendukung dan membantu diri dalam beberapa hal.
  5. Biarkan perasaan dan emosi berubah-ubah, namun tetap menjaga intensitasnya.
  6. Lakukanlah hal-hal baru yang dapat menyegarkan diri.
  7. Beranikan diri untuk menjauh dari tekanan lingkungan saat liburan apabila merasa tidak nyaman.

Demikianlah beberapa pemicu yang dapat menyebabkan stres terjadi di masa liburan. Sebelum melakukan liburan, sebaiknya pastikan kondisi mental Anda siap untuk melakukan liburan dan menjalani semua aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya. Selamat berlibur.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024