ADB Akan Naikkan Alokasi Pendanaan Perubahan Iklim Jadi 55% pada 2030

Perluas sumber pendanaan dan kemitraan sektor swasta.

ADB Akan Naikkan Alokasi Pendanaan Perubahan Iklim Jadi 55% pada 2030
Asian Development Bank. (Shutterstock/Ralf Liebhold)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • ADB akan meningkatkan alokasi pendanaan perubahan iklim hingga 55% pada 2030
  • Komitmen ADB mencapai US$9,8 miliar, dengan US$5,5 miliar untuk mitigasi dan US$4,3 miliar untuk adaptasi perubahan iklim
  • ADB menetapkan tujuan baru dalam mendapatkan sumber pendanaan baru yang mencapai US$100 miliar selama dekade selanjutnya

Jakarta, FORTUNE – Asian Development Bank (ADB) berencana menaikkan alokasi pendanaan untuk mengatasi Perubahan Iklim sampai 55 persen pada 2030, dari sekitar 40 persen saat ini.

Direktur Jenderal Departemen Strategi, Kebijakan, dan Kemitraan ADB, Tomoyuki Kimura, mengatakan tahun lalu lembaga tersebut meningkatkan komitmen perubahan iklim 46 persen dari sumber dayanya sendiri, atau mencapai US$9,8 miliar (sekitar Rp154,03 triliun).

“Ada kekurangan dana yang sangat besar untuk mengatasi perubahan iklim, ketahanan pangan, dan tantangan global lainnya,” ujarnya seperti diberitakan Nikkei, Kamis (29/2).

Perincian 46 persen komitmen ADB ini adalah US$5,5 miliar (Rp86,43 triliun) untuk mitigasi perubahan iklim guna mengurangi emisi gas rumah kaca dan US$4,3 miliar atau Rp67,57 triliun untuk adaptasi terkait berbagai peristiwa cuaca ekstrem yang terjadi.

Menurut laporan Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim, kebutuhan pendanaan untuk perubahan iklim hingga 2030 akan mencapai US$600 miliar atau Rp9,43 kuadriliun per tahun.

Panel ahli dari G20 mendesak ADB, Bank Dunia, dan bank pembangunan multilateral lainnya untuk memperluas pembiayaan dalam memerangi perubahan iklim yang makin memprihatinkan.

Tujuan baru

Sayangnya, Jepang dan negara-negara Barat memiliki sedikit ruang fiskal untuk memberikan dana tambahan kepada para pemberi pinjaman itu.

Oleh sebab itu, ADB pun mulai menetapkan tujuan baru dalam mendapatkan sumber pendanaan baru yang mencapai US$100 miliar (Rp1,57 kuadriliun) dalam dekade selanjutnya.

ADB, kata Kimura, mulai menata ulang praktik pemberian pinjaman yang biasanya konservatif, agar penggunaan modal menjadi efektif.

ADB diperkirakan akan meningkatkan jumlah maksimum pembiayaan yang tersedia, dari US$25 miliar (Rp393 triliun) menjadi US$35 miliar (Rp550,20 triliun) per tahunnya.

Menurut Kimura, bank berupaya untuk melepaskan modal baru untuk pinjaman dengan menerima jaminan dari negara mitra.

Jaminan sebesar US$3 miliar (Rp47,16 triliun) setara dengan US$15 miliar (Rp235,80 triliun) dalam pembiayaan tambahan.

“Sambil mempertahankan peringkat kredit tertinggi [AAA], kami berupaya memperluas pembiayaan melalui penggunaan modal yang efektif, dengan menilai ulang manajemen organisasi dan dengan memobilisasi dana sektor swasta,” ujarnya.

Suhu global terus naik

Kebutuhan tambahan porsi pembiayaan yang makin besar ini, menurut Kimura, semakin jelas seiring pemanasan di Asia yang melampaui rerata suhu global.

Organisasi Metereologi Dunia melaporkan bahwa suhu di Asia meningkat sekitar dua kali lipat dibandingkan tingkat suhu pada 1991–2022, dibandingkan dengan tiga dekade sebelumnya hingga 1990.

“Pada 2022 saja, perubahan iklim berdampak pada lebih dari 50 juta orang di Asia, dan menyebabkan kerugian ekonomi lebih dari US$36 miliar,” demikian dikutip dari Nikkei.

Perubahan iklim dan peningkatan cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan berkaitan erat dengan kemiskinan dan kelaparan–dua tantangan lain yang dihadapi pemberi pinjaman multilateral.

PBB memperkirakan 49 juta orang akan menjadi pengungsi akibat perubahan iklim di kawasan Asia-Pasifik pada 2050 dan 40 juta orang di Asia Selatan.

Related Topics

ADBPerubahan Iklim

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

Most Popular

Daftar Saham Afiliasi Para Calon Menteri dalam Pemerintahan Prabowo
Ini Biaya dan Perbandingan Franchise Alfamart dan Indomaret
BI Masih Cermati Ruang Penurunan Suku Bunga Acuan
BI: Biaya Transaksi QRIS Gratis hingga Rp500 Ribu per 1 Desember 2024
Ini 3 Waktu Terbaik untuk Memulai Investasi Emas
Investor Asal Korsel dan Cina Bakal ke Indonesia Bawa Dana Jumbo