Jakarta, FORTUNE – Angka Harapan Hidup kelompok lanjut usia (Lansia) diperkirakan akan meningkat, menjadi lebih lama pada akhir abad ini, tanpa dibebani lagi oleh pengasuhan anak maupun cucu di hidup mereka.
Dalam jurnal ‘Proceedings of the National Academy of Sciences’ yang dirilis para peneliti dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), keluarga di tahun 2095 diperkirakan akan tumbuh secara vertikal, karena harapan hidup yang lebih panjang. Namun, secara horizontal, jumlahnya akan menyusut.
“Jumlah anggota keluarga yang masih hidup yang dimiliki setiap orang akan menurun secara drastis di seluruh dunia—hampir 40 persen—pada 2095, karena kesuburan yang lebih rendah dan lambat,” begitu kesimpulan penelitian ini, seperti dikutip dari Fortune.com, Kamis (11/1).
Jika pada tahun 1950, seorang wanita berusia 65 tahun diperkirakan memiliki 41 anggota keluarga yang masih hidup. Sementara, pada 2095, jumlah kerabat yang masih hidup akan menyusut hingga 25 orang saja bagi seorang wanita berusia 65 tahun.
Tak bisa urus anak
Kepala kelompok penelitian ketidaksetaraan kekerabatan di Max Planck Institute for Demographic Research di Rostock, Jerman, Diego Alburez-Gutierrez, mengonfirmasi penurunan sumber daya kekerabatan di seluruh dunia. “Seiring dengan melebarnya kesenjangan usia antara individu dan kerabatnya, masyarakat akan memiliki jaringan keluarga yang tidak hanya lebih kecil, tetapi juga lebih tua,” ujarnya dalam penelitian itu.
Penurunan jumlah keluarga terbesar diperkirakan terjadi di Amerika Selatan dan Karibia. Jumlah keluarga di Amerika Utara dan Eropa sudah cenderung lebih kecil, sehingga penyusutan jumlah keluarga di wilayah tersebut tidak terlalu terasa
Dengan demikian, harapan hidup bagi para lansia sebenarnya makin panjang, dan mungkin banyak yang mengartikannya sebagai peluang bagi para orang tua untuk mendapatkan bantuan pengasuhan anak-anak mereka. Sayangnya, hal ini tidak demikian, “Kakek-nenek (buyut) ini sebenarnya juga membutuhkan pengasuhan,” katanya.
Situasi beda di AS
Berkaca pada situasi pascapandemi di Amerika Serikat, sebenarnya angka harapan hidup terus menurun dan berbeda dengan hasil penelitian ini.
Pada t2021, angka harapan hidup mencapai 76,1 tahun. Padahal, di 2019 dan 2020, masing-masing masih mencatatkan angka harapan hidup 78,8 tahun dan 77 tahun.
Sebuah penelitian yang diterbitkan JAMA Internal Medicine, menyebut bahwa kesenjangan harapan hidup antara perempuan dan laki-laki di AS juga melebar pada 2021, hingga hampir enam tahun—mencapai angka tertinggi dalam dua dekade karena kematian akibat Covid-19. “ (Ditambah lagi) krisis ganda kematian akibat keputusasaan dan kekerasan senjata api,” tulis penelitian tersebut.
Dewan Hubungan Luar Negeri AS bahkan menyebut angka harapan hidup di AS cukup terpuruk di peringkat bawah, di antara negara lain di dunia. Hal ini tetap jadi kenyataan, meski AS mengeluarkan dana lebih besar dibandingkan negara maju mana pun untuk layanan kesehatan.