Jakarta, FORTUNE – Indonesia tengah berkabung setelah Cianjur, Jawa barat diguncang gempa berkekuatan 5,6 skala richter (SR) yang menelan ratusan korban jiwa. Gempa ini berpusat di sekitar 11 kilometer di bawah permukaan daratan Cianjur.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa Cianjur diduga akibat dari pergerakan Sesar Cimandiri.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan gempa berpusat di sekitar Sukabumi-Cianjur itu terjadi akibat patahan geser. “Wilayah Sukabumi, Cianjur, Lembang, Purwakarta, juga Bandung itu secara tektonik merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks, disebut aktif memang kawasan ini sering terjadi gempa,” ujarnya, Selasa (22/11).
Wilayah ini sering terdampak oleh gempa dangkal akibat beberapa sesar yang ditemukan di sekitarnya. Jadi, kompleksitas tektonik yang terjadi berpotensi memicu terjadinya gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake.
"Karakteristik gempa kerak dangkal itu gempanya tidak harus berkekuatan besar untuk menimbulkan kerusakan, karena gempanya rata-rata dangkal bisa kurang dari 10 kilometer, bisa kurang dari 15 kilometer, dan itu tidak butuh kekuatan besar misalnya di atas (magnitudo) 7, tapi kekuatan 4, 5, 6 itu bisa timbulkan kerusakan yang signifikan," kata Daryono.
Salah satu sesar yang terdapat di wilayah rawan gempa bumi ini adalah sesar Cimandiri. Fortune Indonesia akan mengulas tentang apa itu sesar Cimandiri.
Apa itu Sesar Cimandiri?
Istlah sesar memiliki arti bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran relatif satu blok terhadap blok batuan lainnya. Secara sederhana, sesar disebut juga sebagai patahan.
Menukil geologi.co.id, Sesar Cimandiri merupakan sesar atau patahan geser aktif sepanjang kurang lebih 100 km yang memanjang, mulai dari muara Sungai Cimandiri di Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, hingga ke timur laut, melewati Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, sampai ke Kabupaten Subang.
Sesar Cimandiri disebut-sebut cukup aktif, mekanismenya adalah sesar geser atau mendatar mengiri (sinistral strike slip).
Pembagian sesar Cimandiri
Sesar ini terbagi menjadi lima bagian yakni Cimandiri Pelabuhan Ratu-Citarik; Citarik-Cadasmalang; Ciceureum-Cirampo; Cirampo-Pangleseran; dan Pangleseran-Gandasoli.
Sementara, ada juga yang membagi sesar Cimandiri menjadi empat segmen berdasarkan karakteristik morfologi yang diamati langsung di lapangan. Keempat segmen ini adalah Pelabuhan Ratu dan Cibuntu; Padabeunghar; Cikundul; dan Baros Sukaraja.
Sedangkan, berdasarkan jurnal Unpad ‘Tektonik Sesar Cimandiri, Provinsi Jawa Barat’ yang ditulis Iyan Haryanto, dkk, dilihat dari letaknya Sesar Cimandiri terbagi menjadi dua segmen, yakni segmen bagian barat yang membentang mulai dari Pelabuhan Ratu hingga Perbukitan Walat; serta segmen bagian timur: membentang mulai dari perbatasan Sukabumi-Cianjur hingga mencapai Gunung Tangkuban Perahu (Bandung Utara).
Akibat sasar Cimandiri
Daryono menjelaskan, sesar Cimandiri sudah menyebabkan sejumlah gempa besar dalam kurun waktu satu abad terakhir, antara lain gempa bumi Pelabuhan Ratu (1900), gempa bumi Cibadak (1973), gempa bumi Gandasoli (1982), gempa bumi Padalarang (1910), gempa bumi Tanjungsari (1972), gempa bumi Conggeang (1948), dan gempa bumi Sukabumi (2001).
Menurutnya, gempa Cianjur dirasakan di Kota Cianjur dengan skala intensitas V hingga VI Modified Mercalli Intensity (MMI), artinya, getaran dirasakan oleh semua penduduk yang menyebabkan penduduk berlarian keluar.
"Hingga saat ini sudah ada laporan kerusakan bangunan seperti rumah dan toko juga dampak longsor di wilayah Cianjur yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut," katanya.
Sedangkan, gempa yang dirasakan di Garut dan Sukabumi berskala intensitas IV sampai V MMI. Sementara di Cimahi, Lembang, Kota Bandung, Cikalong Wetan, Rangkasbitung, Bogor, dan Bayah, skala intensitas III MMI. Untuk gempa yang terasa hingga Rancaekek, Tangerang Selatan, Jakarta dan Depok memiliki skala intensitas II sampai III MMI.