Jakarta, FORTUNE – Karya inspiratif penuh terobosan dan manifestasi energi yang konsisten dari seorang Isyana Sarasvati tidak dapat dilepaskan dari tim yang menopangnya hingga ke titik pencapaian saat ini, dengan berbagai penghargaan bergengsi, termasuk ‘40 under 40’ dari Fortune Indonesia.
Pelantun lagu "Lexicon' yang bernafaskan kombinasi neoklasik berbalut progressive rock ini percaya bahwa tim yang solid adalah kunci kesuksesan yang ia dapatkan sampai saat ini. “Enggak mungkin aku kerja sendiri dengan kita membentuk tim yang kokoh yang sudah tahu kita mau ke mana harus seperti apa untuk memperpanjang kehidupan isyana, isyanation dan musiknya,” katanya kepada Fortune Indonesia.
Satu hal yang terpenting dari tim pendukungnya, kata Isyana, adalah kesamaan visi misi yang harus terjaga, baik soal karya maupun bisnisnya. “Bisnis juga butuh komunikasi dan keterbukaan itu. Ini namanya bisnis kayak very normal to have discussion this kind of thing gitu, jadi menurut aku penting untuk dikomunikasikan,” ujarnya.
Dengan tim yang kokoh, Isyana justru semakin memahami ke mana harus melangkah dan bagaimana mempertahankan brand Isyana Sarasvati; termasuk pula menjaga medium musiknya, dan Isyanation, yang kini mewadahi lebih dari 1.000 orang di seluruh Indonesia.
“Yang biasa ikut kemana-mana ada puluhan, tapi di setiap kota itu kami pasti kerja sama dengan tim lokal. Misalnya, kayak di Bali aja itu (kira-kira) ada seribu oranglah yang bantu kita sampai ke pengamanan. Belum lagi ada teman-teman kolaborator, jadi timnya banyak banget,” kata perempuan berusia 29 ini.
Redrose Records
Masih bersama dengan timnya, Isyana pun memantapkan langkah di jalur bisnis melalui perusahaan yang didirikannya bersama manajer sekaligus koleganya, Sarah Kasenda. Perusahaan rekaman tersebut bernama Redrose Records.
Melalui label ini, Isyana ingin menghadirkan sebuah ekosistem musik yang sehat di dalam negeri. Dalam hematnya, hal tersebut diperlukan oleh industri musik Indonesia untuk dapat terus berkembang dan mendunia. “Banyak sekali musisi kita yang sangat talented, tapi mereka enggak punya eksposur yang cukup untuk membuat orang bisa mendengar karya mereka,” ujarnya.
Kelahiran Redrose Records, menurut Isyana, terbentuk dengan perantaraan keberuntungan karena telah maraknya digitalisasi, yang memudahkan proses produksi dan pemasaran. “Jangka panjangnya pasti akan melebar dan enggak cuma seni musik aja. Bisa tari, visual, dan lainnya, karena semua kan kolaboratif gitu. Sudah ada teman-teman yang [kami] rangkul juga untuk kerja sama dan saling bertukar ide, informasi, teknik. Jadi, terus memberi dan membuka diri aja dalam eksplorasi,” kata Isyana.
Tanpa batasan
Kepada Fortune Indonesia, Isyana, yang lahir di Bandung, 2 Mei 1993, mengatakan kesenian adalah tentang melakukan apa yang kita cintai. Karena itu, ia menganggap aktivitas bermusik tidak seharusnya terbentur dengan batasan. “Bahasa aku melalui musik, jadi enggak ada wadah lain untuk aku curhat. Jadi, kalau enggak ada musik, aku bisa die kayaknya, karena enggak ada wadah lain untuk menceritakan itu,” ucapnya.
Saat pertama muncul di industri musik Tanah Air, Isyana bereksplorasi dengan genre pop. Padahal, landasan bermusiknya adalah genre klasik dengan segala aturan instrumentalist. Namun, ia memberanikan diri untuk semakin mendalami progressive rock yang juga banyak memengaruhi awal karir musiknya dan kembali pada jati dirinya yang sebenarnya.
Perjalanan ini, kata Isyana, juga tidak terlepas dari berbagai kolaborasi dan tim yang sangat mendukung dirinya. Bahkan, bersama band death metal yang digawangi gitaris Stevie Item, yakni Deadsquad, Isyana mendapatkan ganjaran penghargaan AMI Awards 2022 untuk kategori Solo/Grup/Kolaborasi Metal Terbaik.
Isyana Sarasvati adalah salah satu musisi Indonesia yang memiliki segudang prestasi dan karya yang menginspirasi. Untuk mengetahuinya lebih dalam, Anda bisa membacanya di Majalah Fortune Indonesia Edisi April 2023.