Jakarta, FORTUNE – Bank Dunia memproyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Global secara tahunan (YoY) tahaun ini akan melambat ke angka 2,4 persen, setelah melewati 2023 dengan pertumbuhan hanya mencapai 2,6 persen.
Menurut Global Economic Prospect yang dirilis Bank Dunia pada Januari 2024, perlambatan ini disebabkan oleh sejumlah faktor seperti ketegangan geopolitik yang menjadi tantangan baru dalam jangka pendek bagi perekonomian global. “Potensi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2024 hampir tiga perempat persen poin di bawah rerata pertumbuhan ekonomi tahun 2010-an,” tulis Bank Dunia dalam laporannya.
Menurut lembaga ini, perekonomian global sebenarnya membaik dibandingkan tahun lalu dan dunia mendekati titik tengah dekade transformasi pembangunan di tengah menguatnya perekonomian Amerika Serikat.
Namun, di sisi lain, perekonomian global justru terancam dengan rekor buruk pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) lima tahun paling lambat dalam 30 tahun terakhir.
Negara maju dan berkembang
Secara umum, ekonomi negara-negara maju diperkirakan hanya akan bertumbuh 1,2 persen secara tahunan pada 2024, turun dari 1,5 persen yang tercapai di 2023. Sementara, bagi negara berkembang yang cukup kuat dengan pertumbuhan ekonomi 4 persen pada 2023, diperkirakan akan melambat 0,1 poin dengan pertumbuhan ekonomi tahunan 3,9 persen tahun ini.
Kepala Ekonom dan Wakil Presiden Senior Grup Bank Dunia Indermit Gill menyampaikan, tanpa koreksi besar-besaran, periode 2020-an akan jadi dekade dengan peluang yang terbuang percuma. Bahkan, masyarakat di seperempat negara berkembang dan sekitar 40 persen negara berpendapatan rendah, masih akan ada dalam kondisi lebih miskin dibanding sebelum pandemi Covid-19.
“Pertumbuhan jangka pendek akan tetap lemah, sehingga banyak negara berkembang, terutama negara-negara termiskin, (akan) terjebak dalam perangkap, dengan tingkat utang yang sangat besar dan lemahnya akses terhadap pangan bagi hampir satu dari setiap tiga orang,” katanya dalam keterangan resmi, Rabu (10/1).
Cina dan Indonesia
Kondisi ini menyiratkan proyeksi perlambatan juga di ekonomi negara-negara berkembang yang punya ketahanan baik di 2023, seperti Cina dan Indonesia. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Cina dan Indonesia, masing-masing mencapai 4,5 persen dan 4,9 persen.
Di Cina, proyeksi perlambatan ekonomi ditanggapi serius oleh pemerintahnya. Bahkan, Presiden Cina, Xi Jinping, mengakui bahwa bisnis di Cina sedang sulit dan banyak pencari kerja sulit dapat pekerjaan. “Kami akan mengonsolidasikan dan memperkuat momentum pemulihan ekonomi,” katanya. “Semu aini tetap menjadi pikiran saya.”
Sementara, di Indonesia, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, mengatakan bahwa pemerintah sudah melakukan antisipasi dengan merumuskan dan mengeluarkan kebijakan yang dapat menjaga pertumbuhan ekonomi nasional, seperti bantuan sosial berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT), pada kelompok rentan.
“Memang beberapa disrupsi masih terjadi, suplai barang masih terjadi, isu-isu perubahan iklim, harga komoditas, kebijakan pengetatan moneter, dan sebagainya sudah kita hitung semua,” ujar Susiwijono. "Pemerintah sudah sangat siap, hanya catatannya jangka pendek yang kita dorong daya beli tetap, antisipasi sektor-sektor yang kira-kira banyak tergantung ke global demand.”