Jakarta, FORTUNE – Festival musik jazz terbesar Jakarta International BNI Java Jazz Festival (JJF) kembali akan digelar pada 27-29 Mei 2022 di JI Expo, Kemayoran, dalam tema Blooming Season. Dengan situasi pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya usai, acara ini pun akan digelar dengan merapkan protokol kesehatan (prokes) ketat.
Dewi Gontha, Direktur Utama Java Jazz Festival, menyampaikan bahwa JJF2022 akan mewajibkan vaksin dosis ketiga atau booster bagi setiap pengunjung. Aplikasi PeduliLindungi pun digunakan untuk memverifikasi sejak pembelian tiket dan terintegrasi langsung dengan situs resmi JJF2022.
“Vaksin dan booster berlaku untuk 18 tahun ke atas, sedangkan untuk anak-anak 12-17 tahun hanya memerlukan dua vaksin saja,” ujarnya dalam konferensi pers JJF2022, Rabu (20/4).
Yang berbeda, pada penyelenggaraan JJF kali ini, anak berusia di bawah 12 tahun tidak bisa hadir, karena pada umumnya mereka belum mendapat vaksinasi kedua. “Jadi kita sekalian juga mendukung program pemerintah, dan menurut kami, dengan booster, kita menonton dan bekerjanya jadi lebih nyaman,” ujarnya.
Bahkan, untuk mengakomodir peraturan prokes seperti kelengkapan vaksinasi dan hasil tes Covid-19, JJF2022 tidak memberlakukan tiket terusan. “Kami berusaha sebaik mungkin dan bekerja sama dengan banyak pihak untuk mempersiapkan segala hal untuk dapat menciptakan festival yang aman, nyaman dan berkesan pada era new normal,” ucapnya.
Tantangan terberat bagi penyelenggara
Dewi mengungkapkan, tantangan terberat yang harus dihadapi pihak penyelenggara JJF2022 adalah mencoba meyakinkan berbagai pihak bahwa acara ini bisa berjalan dengan baik. “Musik harusnya dianggap sama dengan industri lain, bahwa kita tidak ada bedanya dengan transportasi umum pada saat berkumpul, ataupun makan di mall. Itu kita cukup lama untuk meyakinkan,” katanya.
Oleh sebab itu, demi memantapkan penyelenggaraan JJF2022, instansi pemerintah–mulai dari Kemenko Marves, Kemenparekraf, Kemendagri, Satgas Covid, hingga Pemerintah Daerah DKI Jakarta–ikut andil untuk memastikan berbagai ketentuan diterapkan.
“Itu sebabnya hari ini kami mengundang seluruh instansi tersebut, untuk meyakinkan teman-teman bahwa kami didukung penuh. Mereka mau kok acara ini tetap berjalan, selama kondisinya terus membaik ya,” kata Dewi.
Momen kebangkitan festival offline di Indonesia
Penyelenggaraan JJF2022 kali ini cukup spesial karena merupakan momen kebangkitan festival offline di Indonesia, setelah hampir 2 tahun absen. Bahkan, perhelatan event tahunan ini bisa dijadikan sebagai acuan bagi berbagai festival musik berkelas internasional yang ingin diadakan di Indonesia, saat pandemi beralih menuju endemi.
“Harapan saya, JJF2022 jadi langkah pertama, sehingga festival-festival lain yang diisi dengan musisi Indonesia ataupun yang mendatangkan musisi asing, bisa mulai bergulir setelah acara kami atau sebelumnya,” kata Dewi.
Dewi menambahkan, persiapan JJF2022 cukup singkat, namun dukungan para sponsor yang terus percaya kepada Java Jazz, ditambah dukungan pemerintah, membuat persiapan dilakukan secara maksimal.
Tidak mudah mendatangkan musisi asing
Terkait musisi asing yang diundang masuk ke dalam line up JJF2022, Dewi mengatakan bahwa tidak mudah untuk dilakukan. “Kendala kami saat ini adalah beradu dengan touring yang sedang dijalani musisi di Amerika Serikat dan Eropa. Namun, kami terus berusaha, sehingga kami bisa mendatangkan yang dari awal memang sudah direncanakan,” katanya.
Pada pengumuman line up fase pertama, keberagaman genre musik pun tercermin, termasuk jazz dan turunannya. Dimulai dari pemenang Grammy untuk Album R&B terbaik, PJ Morton, hingga musisi jazz muda tanah air, Adikara Fardy. Hal ini menunjukkan bahwa Jakarta International BNI JJF2022 konsisten dalam misi sebagai tempat memperkenalkan talenta musik jazz ke seluruh dunia.