Jakarta, FORTUNE – Badan Urusan Logistik (Bulog) memastikan ketersediaan beras dalam negeri tak akan terganggu meski Vietnam berencana memangkas kuota ekspor beras dari 7,1 juta ton pada 2022 menjadi 4 juta ton pada 2030.
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas), mengatakan bahwa kerja sama Indonesia dengan negara-negara produsen beras–Vietnam, India, Pakistan, Thailand, dan Myanmar–masih berjalan dengan baik. “Insyaallah aman, karena kita kan membicarakan juga ini, tidak terus (kemudian) kita mengganggap enteng,” ujarnya seperti dikutip dari Antaranews, Senin (12/6).
Dengan adanya kerja sama yang masih terjalin ini, maka jika terjadi kekurangan beras di dalam negeri, Indonesia masih punya memiliki banyak opsi negara pengimpor. “Kita jajaki semua, dan kita lakukan kontrak-kontrak, deal-deal yang bilamana kita butuhkan kita bisa ambil,” katanya.
Untuk diketahui, akibat koreksi produksi pada akhir Maret 2023, pemerintah memutuskan mengambil langkah impor beras hingga 2 juta ton sepanjang tahun. Hal ini dilakukan untuk memperkuat Cadangan Beras Pemerintah (CBP), dalam rangka mengantisipasi meningkatnya lebutuhan beras di masa kemarau panjang akibat El Nino.
Vietnam pangkas ekspor beras
Melansir Vietnamnet.vn, sebagai negara pengekspor beras terbesar di dunia, setelah India dan Thailand, Vietnam akan memangkas jumlah ekspor berasnya pada 2030 hingga 4 juta ton dengan omzet sekitar US$2,62 miliar.
Menurut dokumen pemerintah Vietnam, tujuan pemangkasan ini dilakukan, “ Untuk meningkatkan ekspor beras berkualitas tinggi, memastikan ketahanan pangan dalam negeri, melindungi lingkungan dan beradaptasi dengan perubahan iklim,” tulis dokumen tersebut.
Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan melaporkan, Mei lalu Vietnam mengirimkan sekitar 1 juta ton beras ke luar negeri senilai US$489 juta, serta meningkatkan volume dan nilai ekspor beras dalam lima bulan pertama 2023 menjadi hampir 3,9 juta ton dengan total US$2,02 miliar. Jumlah ini meningkat dari 2 tahun sebelumnya, masing-masing sebesar 40,8 persen dan 49 persen.
Sepanjang empat bulan pertama tahun ini, Filipina tercatat sebagai importir beras terbesar Vietnam, atau menguasai 42,4 persen pangsa pasar. Sementara itu, Indonesia mengalami kenaikan nilai paling tajam sebesar 26,3 kali lipat.
Mengutip Reuters, sejumlah petani di Vietnam telah mengubah lahan pertanian akibat perubahan iklim. Hal itu diungkap oleh para pedagang beras di Vietnam. Para petani pun kini mulai mencari sumber nafkah alternatif, seperti menanam buah-buahan.
"Beberapa petani padi di Delta Mekong mengubah sebagian ladang mereka menjadi perkebunan buah-buahan, menanam mangga, jeruk bali, nangka, dan durian, tetapi sebagian besar tetap bergantung pada beras," kata seorang pedagang beras di Kota Ho Chi Minh, Sabtu (27/5).