Jakarta, FORTUNE – Menilik pada sejarah, patogen atau agen biologis (virus, bakteri, jamur, dan parasit) penyebab penyakit sangat jarang sepenuhnya diberantas habis di planet ini. Sampai hari ini, influenza yang disebabkan oleh virus, disentri yang disebabkan oleh bakteri, hingga kurap, maupun cacingan, masih sering ditemukan terjadi pada masyarakat. Padahal, penyakit tersebut sudah ada sejak lama.
Berkaca pada situasi tersebut, maka pandemi Covid-19 yang menjadi permasalahan dunia lebih dari 1,5 tahun terakhir kemungkinan besar akan tetap ada. Lalu, bagaimana situasi Covid-19 pada 10 tahun mendatang?
Menjawab pertanyaan ini, Amesh Adalja, akademisi Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins di Sekolah Kesehatan Publik, Bloomberg, memprediksi bahwa 10 tahun ke depan, Covid-19 tidak akan menyebabkan situasi darurat kesehatan masyarakat lagi, seperti saat ini.
Amesh menyampaikan bahwa risiko sistemik Covid-19 akan semakin berkurang di masa depan karena beberapa faktor. “Yang utamanya adalah vaksinasi orang-orang berisiko tinggi di seluruh dunia ditambah dengan kekebalan sebelumnya yang timbul dari infeksi alami. Sayangnya, sebagian dari mereka yang paling rentan akan menyerah pada penyakit ini,” tulisnya pada Fortune.com, Sabtu (11/9).
Situasi pandemi Covid-19 yang jadi biasa secara bertahap
Menurut Amesh, sulit untuk memperkirakan ceruk pasti yang akan ditempati oleh SARS-CoV-2 di masa depan, tetapi virus corona kemungkinan akan menjadi penyakit musiman sebelum akhirnya menjadi hal biasa bagi khalayak luas. Ada rentang waktu saat penyakit ini mewabah layaknya influenza. Kematian dan rawat inap cenderung terjadi pada musim dingin di daerah beriklim sedang yang lebih dingin, kurang cerah, kurang lembap, dan kurang jarak sosial.
“Meskipun akan ada tingkat dasar penyakit, rawat inap, dan kematian, yang tidak ada adalah masalah kapasitas rumah sakit. Lonjakan besar penyakit tidak lagi membuat orang berakhir di rumah sakit atau dengan penyakit parah,” kata dokter bersertifikat di bidang penyakit dalam, pengobatan darurat, penyakit menular, dan pengobatan perawatan kritis ini.
Amesh berpendapat, infeksi terobosan dan infeksi ulang akan lebih umum, karena virus akan terus beredar dan, seiring waktu, kekebalan akan berkurang. Namun, tingkat keparahan infeksi ini sebagian besar akan ringan. “Satu dekade dari sekarang, Covid akan menjadi penyakit yang lebih jinak. Namun bukan berarti ancaman virus baru yang mematikan akan hilang,” ucapnya.
Munculnya ancaman virus jenis baru
Walau diprediksi akan menjadi lebih jinak, namun kewasapadaan masyarakat tetap harus menjadi prioritas. Beberapa waktu lalu, dunia kembali digemparkan dengan kemunculan varian baru virus korona, yakni Mu.
Mengutip ANTARA News (11/9), varian ini disebut mampu menghalangi respons antibodi yang didapat dari vaksin atau infeksi. Oleh sebab itu, WHO pun memasukkan varian Mu ke dalam daftar variant of interest (VOI) yang akan mendapatkan pantauan khusus.
Salah satu penyebaran varian Mu terjadi di Amerika Serikat (AS). Per 7 September, terjadi lonjakan kasus hingga menembus angka 40 juta dan sebagian besar yang baru terdeteksi adalah varian Mu. ANTARA News menuliskan bahwa varian yang bermula di Kolombia pada bulan Januari, telah ditemukan di 49 negara bagian AS.
Sementara, di Indonesia, varian Mu dinyatakan belum terdeteksi hingga akhir minggu lalu. Hasil ini berdasarkan laporan sekuensing dari 5.835 sampel. Sebanyak 2.300 di antaranya adalah varian Delta yang tersebar di 33 Provinsi.
Menurut Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi, pemerintah tetap berupaya mencegah masuknya varian Mu melalui pengetatan kebijakan karantina internasional ‘entry and exit testing’ serta persyaratan vaksinasi pelaku perjalanan luar negeri. “Kami juga terus berkoordinasi dengan WHO untuk memperbarui informasi terkait varian Mu dan varian lain yang berpotensi menyebar di Indonesia,” katanya.
Masa depan penanganan Covid-19
Vaksin adalah salah satu kunci manusia untuk hidup berdampingan dengan Covid-19 di masa depan. Tidak hanya dilakukan sekali seumur hidup, vaksin pun akan berlomba dengan berbagai mutasi virus korona yang terjadi dan dapat diberikan lebih dari sekali.
Pemerintah Indonesia, kini sudah memulai pemberian booster atau vaksin dosis ketiga bagi para tenaga kesehatan. Melansir laman situs Kementerian Kesehatan, hingga Minggu (12/9), sudah ada 778.830 orang yang telah menerima booster ini. Selanjutnya, booster juga akan diperuntukkan bagi masyarakat umum guna menyempurnakan perlindungan dan memperluas herd immunity.
Amesh mengatakan bahwa dalam 10 tahun, vaksin akan terus mengalami penyempurnaan, misalnya vaksin generasi kedua yang menjadi lebih kuat, sehingga kemungkinannya reaksi merugikan pun semakin kecil. “Lebih mudah dimasukkan ke dalam jadwal imunisasi rutin anak dan berpotensi ditawarkan sebagai program imunisasi orang dewasa secara berkala,” ujarnya.
Pada sisi lain, kata Amesh, perawatan antivirus untuk penyakit ringan juga akan tersedia secara luas. Obat-obatan baru ini kemungkinan akan mengurangi gejala, penularan, dan komplikasi pada individu berisiko tinggi. Perawatan rumah sakit pun akan semakin sempurna dan beberapa komplikasi yang paling ditakuti, seperti badai sitokin, akan lebih mudah dikenali untuk mendapat terapi yang tepat.
Diagnosis tes rumahan nantinya akan semakin efektif, terutama bagi penyakit-penyakit, seperti Covid-19 maupun HIV. Sebagian besar rumah tangga pun semakin memiliki kemampuan untuk menguji berbagai penyakit umum, misalnya flu, radang tenggorokan, dan infeksi umum lainnya. “Dengan kecermatan dan perencanaan, dunia akan lebih siap menghadapi tantangan penyakit menular berikutnya yang muncul,” ujar Amesh memprediksi situasi 10 tahun mendatang.