Jakarta, FORTUNE – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) ke-29 baru saja digelar di Bangkok, Thailand. Para pejabat senior menyoroti sejumlah isu, seperti Bangkok Goals tentang pola Bioekonomi-Ekonomi sirkular-Ekonomi Hijau (BCG). Lantas, apa yang dimaksud dengan bioekonomi?
Investopdia mengartikan bioekonomi sebagai cabang progresif ilmu sosial yang berusaha untuk mengintegrasikan disiplin ilmu ekonomi dan biologi untuk tujuan menciptakan teori yang melakukan pekerjaan yang lebih baik menjelaskan peristiwa ekonomi menggunakan dasar biologis dan sebaliknya.
Merujuk pada keterangan yang diberikan oleh European Commission, definisi bioekonomi adalah ekonomi berdasarkan penggunaan sumber daya biologis dan terbarukan secara cerdas dari darat dan laut, sebagai masukan untuk produksi makanan dan pakan, industri dan energi. Ini juga mencakup penggunaan biowaste dan proses berbasis bio untuk industri berkelanjutan.
Sementara, peneliti dan pengamat Yuswohady, mengutip dokumen pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Obama, menyebutkan bahwa bioekonomi merupakan ekonomi yang pertumbuhannya didorong oleh pemanfaatan riset dan pengembangan life science serta bioteknologi.
Manfaat bioekonomi
Berdasarkan kajian yang disampaikan oleh Universitas Nasional bersama Akademi Ilmu Pengatahuan Indonesia dan Lembaga KEHATI, bioekonomi memiliki cakupan luas, karena berhubungan dengan berbagai sektor yang dapat menjadi dasar pertumbuhan ekonomi di sebuah negara.
Dalam kaitannya dengan Indonesia yang merupakan mega biodiversity country, perkembangan ilmu pengetahuan hayati dan bioteknologi dipandang bisa meningkatkan nilai tambah kenekaragaman hayati yang dimiliki.
Sebagai contoh, nilai yang terkandung di dalam tumbuhan cemara Sumatera (Taxus sumatrana), Kulim (Scorodocarpus borniensis), rotan jernang (Daemonorops draco), dan ikan bujuk (Channa lucius) bisa jadi potensi yang luar biasa dalam pembangunan dan pengembangan industri obat/farmasi.
Contoh lain, keunikan jenis fauna dan flora seperti badak bercula satu, komodo, orang utan, harimau, gajah, tapir, anoa, burung maleo, burung cendrawasih, dan biota laut, yang dipadukan dengan keindahan lansekap ekosistem dan keragaman budaya Indonesia, juga bisa menjadi kekuatan daya tarik, khususnya dalam pengembangan industri pariwisata (ecotourism industries).
Pemodelan Bioekonomi
Investopedia menulis, pemodelan bioekonomi sangat mirip dengan pemodelan ekonomi, namun piutang yang dihasilkan diterapkan dalam pengelolaan sumber daya alam. Bioekonomi dapat membantu menentukan penggunaan sumber daya alam yang optimal. Contohnya, dampak pertanian terhadap ketersediaan air atau faktor lainnya.
Penggunaan bioekonomi dan pemodelan yang paling jelas terlihat misalnya pada eksploitasi kehidupan laut. Ini termasuk menghitung pemanenan optimal dan aktivitas dari waktu ke waktu.
Untuk menentukan eksploitasi, tiga faktor utama meliputi tingkat pertumbuhan alami, rasio harga-biaya, dan biaya peluang. Pada akhirnya, kepunahan atau penipisan sumber daya didorong oleh tingkat pertumbuhan alami yang rendah, rasio harga-biaya yang tinggi, dan biaya peluang yang tinggi.
Bioekonomi sebagai prioritas
Bioekonomi dipandang perlu menjadi salah satu bagian dalam prioritas pembangunan di berbagai sektor. Peran pemerintah sebagai regulator dan fasilitator menjadi sangat sentral untuk mendorong berbagai pihak sesuai latar belakang dan kompetensinya untuk mendulang manfaat dan keuntungan sebesar-besarnya dari sumber daya alam khususnya keanekaragaman hayati Indonesia.
Apalagi, Sustainable Development Goals (SDGs) yang kini menjadi panduan masyarakat dunia dalam menjalankan roda perekonomian sudah disepakati. Keberlanjutan bisnis yang berorientasi pada pelestarian sumber daya alam harus menjadi kompas arah pengembangan ekonomi global. Dengan demikian, bioekonomi dapat dijadikan soko guru untuk mendukung agenda pembangunan nasional berkelanjutan.
Bioekonomi dan perdagangan
Dalam ulasannya, Managing Partner Inventure, Yuswohady menyebutkan bahwa Indonesia sebenarnya tidak perlu pusing dengan berbagai macam upaya menyeimbangkan perdagangan dengan negara lain. Indonesia harusnya cukup percaya diri dengan keanekaragaman hayati yang dimiliki untuk perekonomian yang berkelanjutan, dilihat secara bioekonomi.
“Dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang melimpah-ruah, seharusnya industri yang kita kembangkan adalah industri yang berbasis hayati (bioindustry) seperti pertanian, perikanan, peternakan, pariwisata, pengobatan, atau energi terbarukan,” tulis Yuswohady.
Menurut konsep keunggulan komparatif negara (comparative advantage of nation), setiap negara seharusnya mengambil bidang-bidang industri dan produk yang menjadi spesialisasinya. Dan melalui mekanisme perdagangan internasional mempertukarkannya dengan negara lain.
Jadi, seharusnya tidak masalah bila Indonesia mengimpor mobil, mesin-mesin, gawai elektronik, atau pesawat terbang dari negara maju. Asalkan, mereka juga mengimpor beras, daging sapi, ikan, cabe, atau susu dari Indonesia.
Bioekonomi dalam APEC 2022
Konsep bioekonomi kembali dikemukakan dalam KTT APEC 2022, bahkan menjadi visi Thailand sebagai tuan rumah konferensi kerja sama ekonomi antarnegara di kawasan Asia-Pasifik.
Thani Thongphakdi, Ketua para pejabat senior APEC 2022, berharap fokus Bioekonomi-Ekonomi sirkular-Ekonomi Hijau, bisa menginspirasi negara-negara APEC untuk mulai melakukan perubahan besar, menuju pola ekonomi yang lebih berkelanjutan.
“APEC akan dikenang sebagai suatu momentum di mana kita memutuskan untuk fokus pada kepentingan dan hasrat bersama untuk mempromosikan kerja sama demi kemakmuran seluruh masyarakat dan generasi-generasi masa depan,” ujarnya.
Itu tadi ulasan singkat tentang bioekonomi, semoga bisa menambah pemahaman kita pada pentingnya konsep ini dalam mewujudkan ekonomi yang berkelanjutan.