Ekspor Industri Farmasi dan Obat Bahan Alam Lampaui Rp9 Triliun

Capaian ini diraih pada periode Januari-September 2024.

Ekspor Industri Farmasi dan Obat Bahan Alam Lampaui Rp9 Triliun
Ilustrasi obat herbal. (Pixabay/PhotoMIX-Company)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat di sepanjang Januari-September 2024, Ekspor Industri Farmasi dan Obat Bahan Alam menembus US$639,42 juta atau Rp9,92 triliun (kurs Rp15.508,38 per US$).

Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), Andi Rizaldi, mengatakan bahwa industri farmasi dan obat bahan alam menujukkan gairah, bahkan jadi salah satu dari lima subsektor industri yang mengalami ekspansi tertinggi dalam rilis Indeks Kepercayan Industri (IKI) September 2024.

Hal ini mengindikasikan industri farmasi, obat kimia dan obat tradisional masih memiliki prospek cerah ke depannya. “Dengan demikian, pengembangan industri obat bahan alam di Indonesia perlu terus didukung dan ditingkatkan agar mampu bersaing di pasar global,” katanya seperti dikutip dari laman Kemenperin, Kamis (17/10).

Selain nilai ekspor yang besar, Kemenperin juga mencatat pada triwulan 2/2024, industri farmasi dan obat bahan alam tumbuh sebesar 8,01 persen, dengan kontribusi terhadap industri pengolahan nonmigas mencapai 18,52 persen.

House of Wellness

Business Gathering Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kimia Farmasi dan Kemasan (BBSPJIKFK) 2024, Kamis (17/10). (dok. Kemenperin)

Andi mengatakan, Kemenperin mendukung kebijakan pengembangan obat berbahan alam, terutama dalam proses produksi dan teknologi manufaktur.

Menurutnya, saat ini terdapat beberapa jenis perusahaan industri obat bahan alam di Indonesia, yaitu Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA) dan Industri Obat Tradisional (IOT), yang menghasilkan 19 ribu produk jamu, 99 produk obat herbal terstandar dan 33 produk fitofarmaka.

Salah satu upaya yang dilakukan yakni membangun House of Wellness, fasilitas produksi obat bahan alam Kemenperin di bawah unit kerja Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kimia Farmasi dan Kemasan (BBSPJIKFK). “Kemenperin terus mendorong dan melakukan pembinaan agar industri kecil dapat naik kelas, sehingga produksi obat bahan alam dapat ditingkatkan daya saingnya,” kata Andi.

Fasilitas House of Wellness telah dilengkapi dengan teknologi modern yang mampu mendukung proses produksi obat bahan alam mulai dari pengolahan simplisia, ekstraksi, hingga formulasi dan pengemasan, untuk mempercepat kemandirian industri obat bahan alam di Indonesia.

BBSPJIKFK didukung oleh laboratorium pengujian yang memadai untuk mengukur kontaminasi mikroba dan logam berat pada produk obat bahan alam, sehingga produk yang dihasilkan bisa dipastikan memenuhi standar keamanan dan kualitas yang ketat serta telah tergabung dalam Jaringan Laboratorium Pengujian Obat Bahan Alam (JLPOBA).

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil