Jakarta, FORTUNE – Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) memproyeksikan harga pangan dunia akan mengalami kenaikan akibat sejumlah faktor. Kementerian Perdagangan (Kemendag) melakukan sejumlah langkah strategis, guna mengendalikan stabilitas harga komoditas nasional.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Isy Karim, mengatakan Kemendag akan berkoordinasi dengan Badan Pangan Nasional, guna mengantisipasi dampak kenaikan komoditas internasional yang salah satunya disebabkan oleh El Nino. “Pemerintah telah melakukan berbagai upaya mitigasi,” ujarnya seperti dikutip dari Antaranews, Jumat (12/5).
Pemerintah menuurtnya akan berupaya menjaga stabilisasi harga pangan dan cadangan pangan. Dengan demikian, pasokan kebutuhan pangan masyarakat bisa tercukupi dan terjaga, meski situasi pangan global mengalami masalah, sehingga harga pangan dunia naik.
Strategi produks, impor dan ekspor
Upaya pertama dilakukan pada sisi produksi dengan memastikan peningkatan produksi pangan dan memperkuat cadangan pangan, yang menjadi tanggung jawab Badan Pangan Nasional.
Dari sisi kebijakan impor, menurutnya pemerintah menggunakan strategi tepat waktu dan tepat jumlah, dengan tetap mengutamakan produksi dalam negeri. “Sebagai langkah antisipasi dan menambah cadangan beras, pemerintah telah memutuskan menambah pasokan dari luar negeri sebesar 2 juta ton,” kata Isy.
Sedangkan dari segi ekspor, pemerintah mengembalikan target domestic market obligation (DMO) minyak goreng ke 300 ribu ton per bulan, setelah sebelumnya dinaikkan menjadi 450 ribu ton per bulan, guna mencegah kelangkaan menjelang Hari Raya Lebaran 2023.
Kemendag mencairkan deposito Hak Ekspor secara bertahap, termasuk penyesuaian angka pengali dan insentif. “Kebijakan ini ditujukan agar ekspor CPO tidak terganggu dan pasokan minyak goreng di dalam negeri tercukupi,” katanya.
Penurunan harga pangan dunia
Dalam laporannya, FAO mengungkapkan proyeksinya perihal kenaikan harga pangan dunia pada April 2023, terutama untuk komoditas pangan seperti gula, daging, dan beras. Sementara itu, harga sereal, susu, dan minyak sayur, mengalami penurunan indeks.
Menurut data FAO, indeks harga gula meningkat 17,6 persen dari Maret, bahkan angka ini mencapai level tertinggi sejak Oktober 2011. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran pasokan yang berkurang karena perkiraan penurunan produksi dari India dan Cina serta realisasi produksi yang lebih rendah dari perkiraan untuk gula di Thailand dan Uni Eropa.
Komoditas lain, seperti daging naik 1,3 persen secara bulanan, susu turun 1,7 persen, harga minyak sayur turun 1,3 persen, dan seral turun 1,7 persen.