Indonesia Jajaki Peluang Investasi Hilirisasi Baterai Bersama Inggris

Memanfaatkan kelebihan masing-masing negara.

Indonesia Jajaki Peluang Investasi Hilirisasi Baterai Bersama Inggris
Ilustrasi ekosistem EBT. (Pixabay/Akitada31)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Kementerian Investasi menjajaki peluang investasi hilirisasi dengan Inggris, khususnya terkait pengembangan baterai listrik dan energi baru terbarukan (EBT).

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengatakan Indonesia memiliki potensi bahan baku yang sangat besar untuk pengembangan baterai kendaraan listrik dan EBT. “Kami ingin mengundang investor dari luar untuk membangun industri di sini, produknya diekspor, dan lingkungan tetap dijaga,” katanya seperti dikutip Antaranews, Rabu (24/5).

Adapun, proses hilirisasi yang digaungkan oleh Indonesia akan mengedepankan prinsip ramah lingkungan, demi pencapaian net zero emission (NZE). “Bagaimana kalau menggunakan teknologi dari Inggris? Kita kombinasikan dengan bahan baku dari Indonesia,” ujarnya.

Investasi terkait teknologi bersama Inggris ini sebenarnya sudah pernah disepakati pada 2022. Kerja sama tersebut akan berfokus pada pemanfaatan kelebihan masing-masing negara, seperti Inggris memiliki teknologi, modal, dan pasar yang cukup, sementara Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah.

Penguatan hubungan

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat bincang saat Fortune Indonesia Summit 2023 di Jakarta, Rabu (15/3).

Menurut Bahlil, kerja sama investasi yang dijajaki akan memperkuat hubungan ekonomi Indonesia dan Inggris, sekaligus memperkokoh posisi kedua negara secara global. Isu pencapaian NZE dan penggunaan teknologi EBT, bisa mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

Menurut catatan Kementerian Investasi/BKPM pada 2022, Inggris menempati posisi ke-10 sebagai negara yang berkontribusi pada Penanaman Modal Asing (PMA), dengan nilai hingga US$628,3 juta.

Adapun sektor utama investasi Inggris adalah tanaman, perkebunan, dan peternakan, yang mendapat porsi 23,3 persen dari total investasi dan berikutnya, industri kertas dan percetakan, sektor jasa lainnya, pertambangan, dan makanan.

Kesiapan Inggris

ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/wsj

Menteri Negara Inggris pada Departemen Bisnis dan Perdagangan, Nusrat Ghani, menyatakan siap untuk membantu Indonesia terkait hilirisasi, tentunya dengan meperhatikan standar lingkungan yang berlaku. “Pemerintah Inggris ingin mendibersifikasi bahan baku sumber daya mineral kritis, terutama yang digunakan untuk panel surya dan baterai mobil listrik,” katanya.

Mineral kritis, merupakan  mineral masa depan yang dibutuhkan untuk memperoleh energi bersih, selaras dengan perkembangan teknologi. Dalam penerapannya, mineral ini bisa digunakan pada kendaraan bermotor listrik dan kebutuhan lainnya.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil