Jakarta, FORTUNE – Pemerintahmenyepakati sejumlah kerja sama antara Indonesia dengan Persatuan Emirat Arab (PEA) melalui perjanjian IUAE-CEPA (Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership Agreement).
Perjanjian IUAE-CEPA ditandatangani kedua belah pihak dan disaksikan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Persatuan Emirat Arab (PEA) Sheikh Mohamed bin Zayed (MBZ) bin Sultan Al Nahyan, pada Jumat (1/7).
Adapun kerja sama yang disepakati tersebut di antaranya :
- Nota Kesepahaman Manajemen Proyek Bersama tentang Mangrove antara Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI dengan Kementerian Perubahan Iklim dan Lingkungan PEA.
- Protokol Perubahan Nota Kesepahaman antara RI dan PEA tentang Kerja Sama Kelautan dan Perikanan.
- Nota Kesepahaman antara Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia dengan Kementerian Kesehatan PEA tentang kontrol vaksin dan obat-obatan.
- Protokol tentang Kerja Sama di bidang Industri Pertahanan dan Pengadaan Alat militer.
- Nota Kesepahaman dan Kerja Sama antara Universitas Nahdlatul Ulama dengan Universitas Kemanusiaan Mohammed Bin Zayed.
- Kontrak Pembelian Landing Platform Dock (LPD) antara PT PAL Indonesia dengan Angkatan Laut Persatuan Emirat Arab.
Kepada Presiden MBZ, Jokowi mengatakan turut mengapresiasi hubungan persahabatan antara Indonesia dan PEA yang terus meningkat di tengah situasi penuh tantangan seperti sekarang ini.
“Terima kasih telah menerima kami, di tengah situasi menantang seperti sekarang ini kita terus bekerja sama meningkatkan hubungan antara kedua negara,” katanya seperti dikutip dari laman Setkab, Senin (4/7).
Dialog dengan para pengusaha dan investor soal logistik
Dalam kunjungan kerjanya ke Persatuan Emirat Arab (PEA), Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) berdialog dengan sejumlah investor dan pengusaha di Hotel Emirates Palace, Abu Dhabi, PEA.
Menteri BUMN Erick Thohir yang turut serta dalam pertemuan mengatakan bahwa para investor dan pengusaha PEA optimistis untuk bekerja sama dalam beberapa proyek kedua negara.
“Mereka (investor dan pengusaha dari Abud Dhabi) sangat optimistis bekerja sama dalam beberapa proyek yang bisa disinergikan antara dua negara, yaitu PEA, Abu Dhabi, dengan tentunya Indonesia,” katanya.
Erick mengatakan, dalam pertemuan itu setidaknya ada empat hal yang di bahas.
Pertama, perihal logistik udara dan rantai pasok. Menurutnya, Indonesia dan PEA bisa menjadi rekan bisnis yang saling menguntungkan.
“Indonesia sebagai pusat dari supply chains karena Indonesia kaya dengan sumber daya alam seperti energi, pangan, dan lain-lain, secara bersamaan UAE ini bisa menjadi jendela untuk Indonesia untuk melakukan transaksional dari barang-barang kita ke luar negeri,” katanya.
Pembangunan kota-kota baru seperti IKN Nusantara
Fokus pembagasan kedua mengenai pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Erick juga mengatakan para investor dan pengusaha PEA di Abu Dhabi sangat optimistis melihat pembangunan kota-kota besar di dunia yang berpotensi jadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia maupun di masing-masing negara.
Menurut Erick, IKN adalah kota masa depan yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi dan perkembangan negara ke masa depan. “Tidak mungkin 50 juta usia muda Indonesia itu harus masuk ke kota-kota yang sudah tua. Tentu dengan sistem dari teknologi terbarukan tentu kita harus menyiapkan kota masa depan,” ujarnya.
Pembangunan ekonomi biru
Pertemuan Jokowi dengan para investor dan pengusaha PEA turut membahas pembangunan wisata laut dalam konteks ekonomi biru (blue economy). Jokowi menginginkan pembangunan ekonomi biru ini tidak sekadar berupa ekploitasi alam, namun juga dapat jadi bagian dalam upaya menjaga alam Indonesia.
“Kita mempunyai Raja Ampat, mempunyai juga ada yang namanya Komodo yang sangat dilindungi. Nah ini sekarang kita coba melihat bagaimana membangun peta biru secara menyeluruh, wisata laut kita yang friendly atau sangat bersahabat dengan alam dan juga dengan industri cruise atau wisata dengan kedekatan kepada kekeluargaan. Jadi bukan sekadar entertainment dan tourism,” tutur Erick.
Perbandingan kebijakan keuangan
Poin terakhir pembahasan yakni mengenai perbandingan kebijakan keuangan Indonesia dengan banyak negara. Hal ini dilakukan agar Indonesia bisa lebih kompetitif dan bisa terus menjaring investasi.
“Supaya kita bisa lebih kompetitif dan terus menjaring investasi sebagai pertumbuhan lapangan kerja, dan tentu ekonomi Indonesia yang hari ini sangat tumbuh baik, dan semua negara mengapresiasi itu,” ucap Erick.