Jakarta, FORTUNE – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa Indonesia–sebagai negara mitra resmi Hannover Messe 2023–sangat terbuka terhadap berbagai investasi dan kerja sama. Hal itu diungkapkannya saat menghadiri pembukaan pameran teknologi dan industri Hanover Messe di Jerman.
Jokowi mengatakan, peluang kerja sama terbjka dengan berbagai pihak dari dalam maupun luar Indonesia, contohnya berkenaan dengan hilirisasi industri dan ekonomi hijau. “Indonesia tidak sedang menutup diri, justru kami sangat terbuka untuk investasi dan kerja sama dalam membangun industri hilir di Indonesia,” seperti dikutip dari laman Setkab (Senin (17/4).
Menurutnya, potensi Indonesia dalam pengembangan industri hilir sangat besar dan menguntungkan semua pihak, dengan proyeksi nilai investasi dalam peta jalan hilirsasi Indonesia yang mencapai US$545,3 miliar. “Sampai tahun 2040 ada 21 komoditas dalam peta jalan hilirisasi,” ujarnya.
Komitmen lingkungan
Indonesia juga menurutnya berkomitmen pada masalah lingkungan, terutama dalam menjaga keberlangsungan lingkungan melalui berbagai perbaikan hingga upaya transisi energi.
“Laju deforestasi turun signifikan dan terendah 20 tahun terakhir, kebakaran hutan turun 88 persen, rehabilitasi hutan 600 ribu hektare hutan mangrove yang akan selesai direhabilitasi di tahun 2024, terluas di dunia, juga dibangun 30 ribu hektare kawasan industri hijau,” katanya.
Indonesia menargetkan 3 persen pemanfaatan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) pada 2025, termasuk rencana penutupan pembangkit listrik tenaga uap yang menggunakan batu bara pada tahun 2050. “Indonesia juga ingin memastikan bahwa transisi energi menghasilkan energi yang terjangkau bagi masyarakat kita,” ujarnya.
Kerja sama dengan Jerman
Masih dalam rangkaian kunjungan ke Jerman, Jokowi juga menyempatkan diri bertemu dengan Kanselir Jerman, Olaf Scholz, guna membahas hubungan ekonomi yang setara antara Indonesia-Jerman dan Indonesia-Uni Eropa.
Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, menjelaskan bahwa Presiden juga meminta dukungan Jerman agar perundingan perjanjian Indonesia -Uni Eropa CEPA dapat segera dituntaskan. “Untuk itu berbagai regulasi Uni Eropa yang menghambat kesejahteraan perlu dibenahi,” ujarnya.
Jerman merupakan mitra dagang dan investasi yang sangat penting di kawasan Eropa. Negara itu bahkan merupakan dagang terbesar di antara negara-negara Eropa, sekaligus investor terbesar keempat dari kawasan Eropa. Untuk itu, investasi Jerman di Indonesia perlu difokuskan pada sektor prioritas. “Seperti industri yang berorientasi ekspor, energi terbarukan, dan hilirisasi,” kata Menteri Retno.
Hingga berita ini diturunkan, pada tingkat Business to Business (B2B), Retno menyebutkan bahwa sudah terbentuk 18 kesepakatan kerja sama dengan nilai sekitar Rp27,9 triliun. di sektor sustainibility dan transisi energi, investasi, inovasi start up, dan making Indonesia 4.0,” katanya.