Jakarta, FORTUNE – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mempermudah regulasi Investasi masuk ke Indonesia, agar produksi lifting minyak dan gas (migas) di Indonesia bisa lebih meningkat.
Menurut Presiden, bila produksi minyak dan gas menurun, pemerintah harus mengeluarkan biaya yang besar untuk impor minyak dan gas. “Lifting minyak kita ini tidak boleh dibiarkan turun terus seperti ini. Karena kalau kita hitung kelihatannya hanya kecil turun 100, turun 50. Tapi kalau dihitung ke uang, berarti impor kita, impor minyak, impor gas kita, itu ratusan triliun yang harus kita keluarkan,” ujarnya seperti dikutip dari laman Setkab, Jumat (11/10).
Oleh karena itu, regulasi pun menurutnya perlu dipermudah, agar investasi semakin mudah untuk masuk, di samping kerja sama dengan sektor swasta dalam negeri dan optimalisasi BUMN tetap dilakukan. Hal ini juga bisa meningkatkan daya saing global.
“Semua yang berkaitan hal yang memakan waktu lama, berputar-putar dari meja satu ke meja dua, ke meja tiga, ke meja empat, ke meja lima, harus mulai disederhanakan, mulai disimpelkan Pak Menteri, agar sekali lagi, investasi datang ke negara kita, kesempatan kerja terbuka, kemudian eksplorasi bisa semuanya ikut, dan akhirnya tadi kembali ke lifting minyak dan gas kita menjadi naik,” kata Jokowi.
Menurutnya, tanpa penyederhanaan izin, sangat sulit bagi Indonesia untuk bisa bersaing dan berkompetisi dengan negara-negara lain. Hal ini disebabkan karena negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat di masa depan. “Bukan negara besar mengalahkan negara kecil. Bukan negara kaya mengalahkan negara berkembang,” kata Presiden.
Energi ramah lingkungan
Sementara itu, Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mengatakan bahwa terobosan untuk peningkatan lifting minyak dan energi ramah lingkungan penting dalam rangka mendukung kedaulatan energi Indonesia. Hal ini pun menjadi bagian dari upaya mewujudkan kedaulatan energi, seperti yang jadi program pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto.
“Lifting kita menurun terus, konsumsi kita sekarang 1,6 juta barel minyak per hari sedangkan lifting kita 600 ribu barel minyak per hari, jadi memang harus ada terobosan-terobosan untuk kita meningkatkan lifting," kata Bahlil, seperti dikutip dari Antaranews, Kamis (10/10).
Green energy, kata Bahlil, juga merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung kedaulatan energi dan juga untuk mencapai komitmen net zero emission (NZE). “Hilirisasi salah satu diantara instrumen itu. Sekarang kita mencari jalan tengah formulasi aturan yang betul-betul berpihak pada program yang mewujudkan itu," ujarnya.